16 | Take the Bait

148 31 13
                                    




Satu dua kali diperbudak kakak kelas demi kedamaian hidup di sekolah itu tidak apa-apa. Tapi kalau berkelanjutan seperti yang dilakukan Kak Namjoon pada July itu keterlaluan.

    Biar saja gelar ketua OSIS, mentang-mentang sepupu, bisa-bisanya Namjoon mendikte July untuk membuat mading pengumuman dalam 1 jam. Masih bisa ditolerir kalau seluruh bahan-bahan sudah disiapkan. Tapi apa ini? July jadi harus berjalan beberapa kaki untuk pergi ke koperasi terdekat. Yang tidak masuk anggotanya, kenapa July—yang bukan siapa-siapa—yang malah kena imbas?

July menggerutu sepanjang anak tangga tanpa henti. Dasar ketua OSIS abal-abal. Ah, tapi tidak juga, sih. Kak Joon itu jenius. Sedikit ceroboh memang. Tapi baik, suka melucu. Dia juga suka membantu July bikin PR Matematika dan pura-pura tidak tahu ketika July bolos kursus Bahasa Inggris saat SD dulu.

Dan terkadang Kak Joon suka menjajani July makan mie ayam atau bubur ikan. Jadi... jadi, yah sudahlah. Toh, bubur ikannya selalu enak.

Usai pergulatan batin, July menggelengkan kepala dengan cepat. "Wah, gila. Pantas aku disuruh-suruh terus. Bahkan alam bawah sadarku mudah disogok dengan makanan murahan. Murah sekali upahku. Astaga. Seharusnya aku buat tarifku jadi mahal saja."

    Mendadak muncul entah dari mana, Taehyung menyahut "Tarif apa?"

    "Jual diri dimana?" tambah Seokjin yang langsung dipukul bibirnya oleh telapak July.

Desisan galak merembes dan bola mata gadis itu berkilat ganas. Sementara yang ditepuk malah terbahak-bahak seolah sehabis dapat undian berhadiah. Kenapa hidup July hanya dipenuhi manusia-manusia aneh seperti ini? Apa July buat dosa yang lebih berat dari Paman Goblin di serial TV itu, ya? Pusing.

    Setelah memberi picingan mata tak bersahabat dan mendorong pintu kelas untuk meletakkan bahan-bahan membuat mading, July dengan gemas bercampur sebal mendorong punggung Taehyung dan Seokjin secepat mungkin. Mengusir, lebih tepatnya.

    "Pergi sana. Lagi sibuk!" July meringis. "Kak Joon menyuruhku mengerjakan tugasnya. Nanti saja, jam 4 baru ke rumahku."

    "Hmm..." Seokjin mengusap dagu dengan sok, lalu menambahkan dengan wajah menyesal yang dibuat-buat. "Padahal mau kubantu, lho. Malah sudah diusir."

    July menyipitkan mata. "Bilang saja memang tidak mau bantu."

"Bingo!" Seokjin menyengir super lebar, menambah temperatur wajah July tatkala kemudian tangannya dilambaikan di udara seraya berjalan berlalu dengan handuk di bahu. "Aku latihan futsal dulu. Bye-bye, kembang desa tarif murahan!"

Taehyung menutup mulut dengan punggung tangan, susah payah menahan tawa. Satu detik kemudian, ia berdeham sementara pandangan diluruskan—berusaha mendatarkan ekspresi. Dia tidak ingin terlihat habis hampir terbahak.

    July berjinjit dan dalam satu sekon kilat menyentil dahi Taehyung yang terekspos tanpa ampun. "Lucu, ya? Geez." Protesnya tidak terima.

    Taehyung mengangguk santai. Sebenarnya keningnya agak panas karena dihadiahi sentilan begitu. Akan tetapi, tentu saja dia harus stay cool. Dia berusaha tak goyah karena disentil saja. Jadi, berusaha tetap mengangkat dagu dengan angkuh sembari mengikuti July masuk ke dalam kelas kosong, Taehyung duduk bersila di keramik.

"Sini. Mana yang mau dibantu?"

"Tidak ikut dengan Seokjin saja?"

    Alis Taehyung terangkat satu. Tidak terima diusir secara halus. Dalam detik singkat pemuda itu memangkas jarak. Badannya sedikit membungkuk untuk menyajarkan tinggi badan dengan sang gadis mungil di hadapannya.

"Yakin mau sendirian?"

Sial. Hidung mereka hampir bersentuhan jika July tidak mundur. July berusaha menstabilkan detak jantung sebelum akhirnya mencebik galak.

The Moon I Met in July | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang