Jeon Taehyung terlihat berbeda. Matanya jadi suram dan sikapnya dingin. Yang sama hanyalah, dia masih punya banyak bekas luka pukulan.
Sebagai teman kecil, Moon July mencoba membuka hati Taehyung, namun ia sendiri malah berusaha menutupi sesuatu di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jeon Taehyung! Berhenti!"
Moon July ingat dia sudah berusaha banyak-banyak demi memanggil nama itu dengan seluruh tenaganya yang tersisa. Tapi punggung itu tak gentar. Masih saja menjauh. Membuat sisa napasnya semakin terasa sia-sia saat mulutnya meracau pelan.
"... aku punya pertanyaan."
Bersama dengan putus asa yang tersisa, July merapatkan kaki, mengepal tangan yang semakin pucat. Dunianya terasa berputar. Matanya berkunang-kunang, jantungnya seperti diremas bersama duri. Tepat di retina, sekilat cahaya hitam munculㅡmembuat gadis mungil itu tumbangㅡsebelum ia mampu menuang rasa perih dari hatinya.
Jeon Taehyung... Aku punya pertanyaan.
Apakah Ibumu masih menyakitimu?
Ini adalah momen dimana July ingin menghapus semua memori yang berkaitan dengan Taehyung. Melihat Jeon Taehyung kecil muncul dengan wajah berlumuran darah sudah cukup membuatnya trauma. Kembali menyaksikan bekas itu juga bukan ide yang bagus.
Selagi kepalanya terus mengulang apa yang Taehyung katakan, July hanya bisa mengacak rambut frustasi.
"Dia sudah mati. Dan itu bagus."
Sinting. Sinting. Masa Taehyung bicara seperti itu? Dan itu alasan Taehyung kembali ke rumah lamanya? Karena Ibunya sudah meninggal? Tapi, kenapa? Bukankah rumah itu seharusnya menyimpan banyak luka untuknya?
Setahu July, selain merupakan tempat tinggal saat keluarganya masih utuh. Kedua orang tua Taehyung belum berpisahㅡmasih ada Tuan Jeon yang hangat dan Nyonya Jeon yang ramah, juga ada Jeon Taehyung sendiri, si anak menyebalkan yang manis.
Rumah itu juga sempat ditinggalkan saat kedua orang tua Taehyung memilih berpisah setelah bertahun-tahun lalu beradu mulut dengan suara pecahan beling yang mengoyak hati. Itu pasti cukup membuat Taehyung sering tidur dalam hati bergemeretak. Iya, 'kan?
Menghela napas, July memandang langit nila tanpa bintang yang terlihat semakin gelap di saat ratu malam mulai menghilang. Fajar hampir menyingsing, tapi July masih bergeming, duduk di sudut jendela yang dibuat ayah khusus untuknya.
Sejak kepindahan keluarga Jeon ke Seoul, sudah berapa banyak kabar yang sudah July lewati? Bagaimana kabar Tuan dan Nyonya Jeon? Belum sempat bertanya saja tahu-tahu keduanya sudah tiada. Hidup sesingkat itu, ternyata.
July melirik buku tebal berwarna lavender di nakas. July cukup tertata, jadi di nakas tidak ada banyak barang spesial. Selain jurnal berwarna ungu lavender dan satu dekorasi-sebuah snow globe yang cukup besar. Seukuran telapak July jika tangkupkan dengan dua tangan.
Kalau diteliti, kalian akan menemukan hamparan pasir dengan beberapa kerang artifisial yang tersebar di bawah tembok bata yang merupakan objek paling tinggi di sana. Tembok bata itu hampir menyentuh langi bohlam. Di sekeliling dinding kaca banyak gradien warna warni bak prisma yang jika dilihat dari sudut yang berbeda, maka rona langit di dalam bola itu akan berubah.