Mungkin sudah sepuluh kali July sudah mendongakㅡlalu menunduk, lalu mendongak lagiㅡpada tembok di hadapannya, seolah-olah itu dapat membantu July kabur dari sini
Bodoh, sih. Tapi mau bagaimana? Dia pendek. Itu masalahnya.
Tungkainya diseret pada halaman belakang sekolah. Tempat itu terlihat seperti pulau kecil yang menyimpan banyak barang rongsokan. Tapi bagi July sekarang, lahan itu bagai pulau harta karun. Mata dan tangannya bekerja sama mencari-cari. Barangkali ada benda berguna yang bisa ia pakai untuk memanjat.
Gerbang sekolah dijaga ketat oleh penjaga dan July tidak seberani itu untuk kabur lewat sana. Jadi July masih berharap penuh pada pulau harta karun ini kendati harapannya menipis setelah 10 menit mengorek sana-sini.
"Aha, Moon July!! Mau bolos, ya?!"
Oh, batal sudah. Tertangkap basah. Gerakan gadis itu spontan terhenti. Tangannya kaku. Mulutnya bungkam dalam satu sekon singkat. Tak berani menoleh pada pemilik suara berat bernada galak, July hanya mendesis pelan dalam kepada yang ditundukkan, "Maaf, Pak..."
Namun 'Bapak' yang dimaksud malah terpingkal-pingkal seperti habis mendengar lelucon paling lucu di angkasa. Lantas July mendengus kesal setelah mendapatkan siapa si suara jahil.
"Sialan kau, Jin." July mencebik.
Yang ini Kim Seokjin. Murid kelas sebelah—yang kalau diumpat malah menyengir lebar.
Bisa dibilang Seokjin cukup populer di sini. Kapten futsal. Jadi mustahil kalau ia tidak terkenal.
"Woah, woah. Ada apa ini? Seorang Moon July yang bodoh tapi rajin ini mendadak bolos," pemuda itu bertepuk tangan. "Sudah menyerah dengan takdir?"
July mendesis sebal. Setahu July mereka tidak seakrab ini. Sepertinya rumor itu benar, Seokjin memang ramah pada semua orang. Buktinya Seokjin berani sekali bicara begitu padanya seperti mereka ini sudah bersahabat sejak lama. Padahal tidak. Darimana pula Seokjin tahu bahwa memang ia bodoh (tapi rajin).
Catatan penting. July tidak sekalipun bangga atas fakta itu. Awas saja kalau ada yang berani mengucapkan kombinasi kata tersebut. Akan July cincang satu per satu sebelum ia larutkan ke dalam toilet publik yang menjijikkan.
Pemuda tinggi itu tersenyum lebar, "Kau mau bolos?"
"Ya, seperti yang kaulihat aku kurang tinggi untuk memanjat. Jadi, sepertinya aku mau cari balok kayu atauㅡ"
"Sini, Moon. Naik sini."
"Namaku July bukan Moon."
Seokjin tersenyum tipis. "Sama saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon I Met in July | salicelee.
أدب الهواةJeon Taehyung terlihat berbeda. Matanya jadi suram dan sikapnya dingin. Yang sama hanyalah, dia masih punya banyak bekas luka pukulan. Sebagai teman kecil, Moon July mencoba membuka hati Taehyung, namun ia sendiri malah berusaha menutupi sesuatu di...