Sudah masuk minggu kedua sejak Taehyung bersekolah di sini. Seperti biasa dan tanpa perubahan, ia tidak banyak berinteraksi dengan siapapun. Padahal dengan wajah setampan itu Jeon Taehyung bisa saja menggaet primadona sekolah.
Sekalipun di kantin, ia selalu memilih duduk di meja kosong. Jika sekelompok wanita datang mengerumuni dengan tujuan berbicara padanya, Taehyung pasti akan cepat-cepat menyelesaikan makanan dan pergi. Semua wanita itu tak diberi kesempatan untuk mendekatinya, tak terkecuali Moon July.
Tapi Moon July itu tidak terkalahkan. Dia selalu punya cara menganggu Si Jeon yang sibuk sendiri itu.
Sehabis menemani Kim Seokjin latihan futsal, Taehyung selalu menyempatkan diri untuk berteduh di bawah pohon, membaca buku-buku yang menarik minatnya. Entah itu buku pelajaran sejarah, biologi, ilmu sains, cerita misteri, atau sesuatu yang bersifat filosofi.
Jeon Taehyung tidak pernah absen menjadi peringkat tiga besar saat ujian. Dan Moon July tidak pernah absen menganggu Taehyung saat belajar, berharap kalau tetangganya itu mau membantunya memahami rumus trigonometri. Padahal sebenarnya July tak punya keinginan untuk belajar apalagi jadi matematikawan. Ia cuman mau jadi kaya raya dan dekat-dekat Taehyung saja.
"Moon July... remedial," kata Pak Yoongi sambil tersenyum lebar. Sudah biasa lihat gadis ini dapat remedial matematika. "Lagi."
"Iya, Pak. Jangan disebut lagi-nya, dong." July menerima lembar kertas ulangan yang ingin ia robek diam-diam sebelum ditemukan Mama.
Pak Yoongi kemudian menjitak kepala July dengan gemas, "Makanya belajar."
"Oke. Pelajaran berakhir. Silahkan pulang. Jaga kesehatan karena untuk tur studi besok, ya. Cuaca sedang mendung belakangan ini." Pak Yoongi berkata sambil keluar dari kelas.
Jeon Taehyung berbisik menghampiri saat July duduk. "Makanya belajar," bisik pemuda itu dengan ekspresi paling congkak yang pernah July dapatkan.
Ya, oke. July juga bersalah karena sudah menganggu pria itu belajar semalaman dan malah tertidur di sofa rumahnya sehingga Taehyung harus mengantarnya pulang dengan sepeda dengan posisi badan diikat dengan jaket varsity hitam milik Taehyung. Kata Mama July terlihat seperti bayi besar idiot yang antar pulang abangnya.
Malu. Tapi bisa apa? Bisanya terus maju. Pantang mundur.
Gadis itu dengan pongah dan sok cuek melanjutkan. "Well, aku punya banyak hal lebih penting yang ingin kulakukan selama hidup. Bukan cuman belajar matematika."
"Oh, seperti mengigau nama aktor Gong Yoo saat kau tertidur di sepedaku? Mesum."
"Hei? Kupikir kau mau berhenti berbicara dengan siapapun di sekolah?" July berkacak pinggang.
Taehyung setuju kemudian keluar dari kelas tanpa menunggu July yang tertatih-tatih meraih ujung ransel Taehyung yang semakin menjauh.
"Kenapa dianggap betulan, sih?!" protes gadis itu.
"Aku part-time, harus cepat pulang."
"Hari ini kau tak punya jadwal kerja paruh waktu."
Taehyung menyeringai. "Stalker. Ha."
"S-s-steker? Bahasa apa itu? Steker stop kontak? Yang buat listrik?"
"Demi Tuhan, Moon July. Itu bahasa inggris. Stalker. Penguntit. Kau itu penguntit."
"Stoker?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon I Met in July | salicelee.
ФанфікиJeon Taehyung terlihat berbeda. Matanya jadi suram dan sikapnya dingin. Yang sama hanyalah, dia masih punya banyak bekas luka pukulan. Sebagai teman kecil, Moon July mencoba membuka hati Taehyung, namun ia sendiri malah berusaha menutupi sesuatu di...