Suara bedebum bercampur sahutan frustrasi mengisi koridor rumah sakit yang jendelanya menghalau cahaya senja di Daegu. Satu sisi kiri dan kanan berlawanan. Dan isi kepala Jeon Taehyung dan Kim Seokjin semakin panas tatkala sudah 7 jam menunggu harapan yang tak kunjung terjawab. Pertengkaran mereka tak terelakkan dan keduanya mulai berdiri sejajar dengan kadar amarah yang membeludak di dalam kepala."Jadi kau tahu kalau July sakit dan kau membawanya ke Geochang yang mana kau juga tahu bahwa itu sangat jauh dari Busan? Kau tidak bisa berpikir, ya?" suara Taehyung meninggi. Ada kekesalan absolut di sana. Beberapa petugas mulai datang melerai meski sia-sia, emosi sang lawan bicara semakin menjadi.
Seokjin menendang asal tong kosong sampai menyebabkan bunyi kelontang. Kepalan tangannya dengan mulus mendarat di wajah pemuda tinggi di depannya. "Apa yang kau tahu, Bajingan?!"
"Kalau kau itu tidak punya otak." Taehyung menyeringai meremehkan berbalut lebam serta darah di ujung bibir.
"Bangsat."
Perkelahian fisik tak terbantahkan. Seokjin melayangkan tinju sekali lagi ke pipi Taehyung, dan menarik kerah Taehyung dengan geram. Ia memilin kedua sisi kerah, mencengkeramnya erat dan menatap Taehyung dengan ganas.
"Ya. Memang itu kesalahanku karena telah mengantarnya padamu. Biarkan aku bertanggung jawab atas itu." ujarnya penuh penekanan sebelum melanjutkan dengan lebih lantang lagi. "Jangan coba sentuh seinci pun dari Moon July sementara kau sendiri tak bisa menjaga diri."
Seokjin menepuk tasnya yang penuh jejak kaki. Pemuda itu mengabaikan sekuriti yang mengusirnya dengan tepukan bahu dan hanya melempar seringai hinaan di mulut.
"Jangan jadi bajingan lemah sampai aku harus membawa seorang gadis untuk membangunkan kesadaranmu, Jeon Taehyung."
Seokjin mengakhiri kalimat lalu menarik tas untuk bergegas pergi, tapi kaki Taehyung bergerak lebih cepat. Ia menendang Seokjin sampai pria itu jatuh telungkup, lalu membalikkan tubuh Seokjin yang telah menyulut api dalam dirinya.
Ia menghujam kepalan amarah berkali-kali. Dan setelah percikan kesadaran Taehyung terbangun bahwa Seokjin tidak melawan, baru pria itu mendadak berhenti dengan napas naik turun yang tidak beraturan. Matanya dipenuhi terror setelah menyadari apa yang sudah ia lakukan dan sekuriti baru bisa mulai memisahkan keduanya.
Seokjin menyeringai. Ada kekecewaan berat di sepasang netranya. Perih di ujung bibirnya merambat ke lidah yang tak tahan mencela Taehyung. "Sekarang kau ingin membunuhku juga?" Seokjin meludah darah. "Lakukan saja. Lagipula, bukan perdana bagimu."
Taehyung mundur beberapa langkah sementara Seokjin mendorong kasar Taehyung dengan bahu sebelum berlalu meninggalkan temannya tenggelam di sudut lautan air mata yang mulai terbentuk.
"Astaga, Kim Seokjin! Wajahmu!" panggil Dokter Hwang yang baru saja sampai dari Busan.
Kepalanya bergantian melihat Taehyung yang terduduk bersama lebam dan punggung Seokjin yang semakin mengecil tiap sekonnya. "Astaga ..." Pria itu hanya bisa membuang napas banyak-banyak sebelum kakinya mendekat pada Taehyung lalu menyamakan pandangan dengan kawannya yang terduduk hampa.
"Lihat?" Hwang Minhyun mengulum dengusan pasrah. Ia menarik tisu dan memberikannya pada Taehyung. "Dia menantangmu untuk menjaga dirimu sendiri. Kau akan menerima tantangan Kim Seokjin, 'kan?"
"Kalau kau tak bisa, lakukan demi July."
Menjaga diri sendiri memang lebih sulit di saat kita merasa bahwa tidak ada yang penting dan cukup berarti untuk dilindungi dari dalam diri kita. Dengan adanya eksistensi seseorang yang membuatmu merasa lengkap, hal itu jadi obsesi baru bagi kita yang tak pernah menjaga diri sendiri. Karena sekalipun tak pernah menerima, manusia ingin memberi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon I Met in July | salicelee.
FanficJeon Taehyung terlihat berbeda. Matanya jadi suram dan sikapnya dingin. Yang sama hanyalah, dia masih punya banyak bekas luka pukulan. Sebagai teman kecil, Moon July mencoba membuka hati Taehyung, namun ia sendiri malah berusaha menutupi sesuatu di...