22 | 3 AM: Dark Secret

114 23 10
                                    

Pemandangan pertama yang Moon July dapatkan saat turun dari bus dari Daegu menuju Geochang adalah seorang pemuda tinggi dengan senyum kelinci melambaikan tangan dengan semangat.

    "Kita harus bertemu seseorang terlebih dahulu."

    July hanya diam. Mengikuti pria yang menuntun Seokjin ke suatu restoran murah yang menjual mi ayam dan dimsum. Pria yang sedang lahap-lahapnya makan ini bernama Jeon Jungkook. Dan July hampir mengira bahwa Jungkook adalah adik Taehyung karena mereka sama-sama rakus.

    "Lebih baik makan dulu, sehabis aku membuka mulut untuk bicara, aku yakin kau takkan punya gairah makan sampai malam datang."
Jungkook sekali lagi menawarkan July untuk memilih menu, tapi gadis itu menggeleng kikuk karena ia sudah kenyang makan roti di kereta dan Seokjin membantu July supaya Jungkook tak perlu repot-repot.

"Kau butuh air atau sesuatu, Moon?" tanya Seokjin

July menggeleng berterima kasih dan hanya menunggu Jungkook menghabiskan makanan. Di detik Jungkook meletakkan sumpit, July tahu bahwa sesuatu yang luar biasa sedang menanti indera pendengarannya.

Pilar dunia July seperti menghilang dan ia jatuh tergopoh ke dasar lautan yang tak bisa digapai permukaannya.

"Soal Taehyung yang membunuh ibunya..." kata Jungkook sebelum melanjutkan dengan gelisah. "Itu benar."










***








Kepindahan Jeon Taehyung ke Seoul setelah ibunya dibawa ke tempat rehabilitasi, membuat Taehyung jadi tinggal bersama neneknya di Geochang selama 2 tahun terakhir.

Setelah memasang wajah sedih penuh kehilangan, mengenakan jas hitam rapih, dan menghadiri acara pemakaman ibunya sendiri, tidak ada lagi hal yang diinginkannya di dunia ini.

Ini hebat. Luar biasa.

Rasanya lebih baik dari tertawa terbahak-bahak sampai menangisㅡjika saja Taehyung masih ingat perasaan melegakan itu.

Tapi bayang-bayang seperti itu hanya membuatnya semakin pedih. Rasa lega itu tidak membuatnya bahagia.

Saat ia memilih untuk berdiri demi dirinya sendiri, Taehyung menikam Ibu yang hendak melayangkan pecahan botol beling ke kepala Nenek. Ibunya—Jeon Minah—terkapar di sana. Kaku dan berlumuran darah karena tikaman yang dibuat Taehyung dengan pisau dapur.
Dan saat Taehyung lihat, kedua telapaknya telah diselimuti darah. Anyir. Lengket. Menjijikkan. Benar-benar kotor.

Dan itu seperti dirinya.

Jeon Taehyung menjerit ketakutan dan di ujung sana Nenek hanya menangis sambil memeluk cucu semata wayangnya sambil berkata bahwa semua ini bukanlah salahnya.

Sirkuit dalam otak Taehyung seperti mendadak rusak dan ia dibawa berjalan-jalan menikmati betapa sakit perjalanan yang sudah ia lalui untuk sampai melakukan hal ini.

Setelah satu keluarganya terlibat dalam kecelakaan mobil, ibunya mengalami keguguran usai koma dua bulan dan ayahnya meninggal dengan naas setelah koma selama setahun. Hanya Taehyung yang selamat meski mengalami patah tulang yang mengharuskannya duduk di kursi roda untuk sementara.

Selama dua bulan menunggu Ibu siuman, Rumah Sakit Busan adalah satu-satunya tempat berteduh baginya. Tempat ia mengerti bahwa orang-orang mulai membicarakan dan mempertanyakan kenapa hanya dia saja yang selamat. Kalau saja Taehyung kecil bisa berteriak tanpa gips leher yang mencekik, ia ingin bertanya dan menuntut jawaban dari semua orang yang ditemuinya.

Kehadiran gadis kecil bernama Moon July itu bagai angin segar di tengah terik pertanyaan yang melelahkan batin Taehyung kecil.

Mendapati bahwa ia punya teman yang bisa ia percayai, Taehyung kecil mulai percaya bahwa barangkali kecelakaan itu memang bukan salahnya dan ia pantas kembali mendapat kehidupan yang seharusnya saat orang tuanya sadar.

The Moon I Met in July | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang