10| A Thirdwheeler

377 104 18
                                    

Suara Soya itu benar-benar tak bisa direm. Sepulang sekolah, gadis cempreng itu meneriaki nama July tanpa henti. Sudah bagus hanya diberikan picingan mata kesal oleh orang-orang yang berlalu lalang. Belum pernah dia dilabrak senior sok jagoan? Dia ini benar-benar mirip anak ayam kesayangan yang memalukan.

"Aha! Sedari tadi dipanggil, saat diteriaki baru mau berhenti." Soya terkekeh bahagia.

Nama aslinya Park Sooyoung, dipanggil Soya supaya tidak tertukar dengan salah satu senior yang memiliki kesamaan nama dengannya. Dia anak yang ceria, periang, berisik, dan untunglah, dia pintar. Sebab jika kata kunci terakhir tidak dimilikinya, mungkin ia akan selalu didepak dari kelas gara-gara kemampuan kerongkongan yang mirip pengeras suara di ruang noraebang.

"Astaga, Moon Joojoo. Teganya mengabaikanku!" Soya kemudian menjawil pipi July dengan gemas. "Ayo, jawab eonni cantik yang satu ini."

"Hentikan panggilan Moon Joojoo yang menggelikan itu, oke?" July menepis tangan Soya kemudian melanjutkan dengan galak. "Eonni, apanya? Aku saja berulang tahun lebih dulu daripadamu, ingat?"

Suara kekehan Soya terdengar jelas sementara satu tangannya merangkul July yang lebih pendek sekitar 10 cm darinya. "Iya, eonni mungilku, iya."

"Jadi untuk study tour lusa nanti, kau akan pakai baju apa? Ah, aku kecewa sekali tidak bisa membuat kelompok denganmu. Pasti seru sekali kalau kita satu grup." Gadis tinggi dengan rambut yang dikepang satu itu menggembungkan pipi.

"Apa saja yang nyaman. Menurutmu kelompoknya ditentukan oleh guru, ya?"

"Kalau kita sendiri yang menentukannya, pasti sudah disuruh mengurus hari ini atau besok." Soya mengusap dagu dalam hening. Lalu mendadak menjentikkan jari dan menatap July dengan mata serius yang terlihat jenaka, "Aku tahu! Aku tahu!"

"Aku tahu isi pikiranmu, Moon Joojoo." Ulang gadis itu.

July tersenyum canggung, agak takut ketahuan sebenarnya. "Apa?"

"Kau tidak mau satu kelompok denganku, iya kan?! Kau ingin satu kelompok dengan Jeon Taehyung! Mengaku!" sahut Soya keras sekali, membuat July buru-buru melempar cardigan untuk menyumpal mulutnya.

"Tidak! Itu tidak benar!" July menghela napas cemas. "Hanya saja, aku takut dia tidak nyaman dengan teman sekelompoknya."

Soya tersenyum lembut, lengannya dipakai untuk mengamit lengan July. "Sebegitu perhatiannya sama dia?"

"Khawatir," ralat July. Padahal menurut Soya itu sama saja.

Belum sempat berdebat, tiba-tiba satu sosok tinggi menghampiri mereka. Kedua gadis itu bertatap-tatapan. Soya melemparkan pandangan penuh tanda tanya, bola matanya seperti hampir berbicara; Kenapa Kim Seokjin muncul di sini? Terbaca sekali.

"Hei, Moon!" Seokjin memamerkan satu cengiran.

Kemudian saat melihat Soya sudah buru-buru pamit pulang, Seokjin menambahkan satu tepuk tangan apresiasi. "Wah, temanmu itu peka sekali."

Satu-tidak, dua. Dua dengusan keluar dari hidung July tatkala Seokjin melambaikan tangan dengan kekanakkan. "Sejak kapan kau berubah jutek begini, Moon?"

"Sejak kau agresif mendekatiku.

Seokjin terbahak. "Whoa, whoa. Kau pikir aku mendekatimu?"

"Memangnya tidak?"

"Tidak tahu."

"Tidak jelas. Kau tidak menarik. Cepat bilang kau punya urusan apa?"

The Moon I Met in July | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang