Pagi ini Moon July dapat pelajaran berharga. Tolong. Perhatikan. Kepada. Siapa. Engkau. Menitip. Pesan.
Sudah paham? Tolong perhatikan kepada siapa kalian menitipkan pesan.
Terutama jangan kepada anak berotak angin dan bermulut ember seperti Byun Junhoe. Yang benar saja. Masa anak jenius itu terang-terangan menyampaikan kepada Seokjin di depan pintu kelas dengan teriakan norak. "Woi, Kim Seokjin! July barusan bilang dia tidak masuk kelas!"
Demi Tuhan. Demi dewa-dewi di khayangan. Demi malaikat welas asih. Demi setan gentayangan di bumi. July berani bertaruh soal eksistensi bencana mental yang melanda di otak Byun Junhoe. Masa dia tega bicara begitu, sih?
"Kau menghindariku, Moon." Di depan kelas, Seokjin menjilati bibir bawahnya. "Iya, 'kan?"
"Kau yakin itu bukan spekulasimu saja?" July merotasikan mata. Menatap ujung sepatu Seokjin dan entah kenapa suara itu semakin mengintimidasi.
"Bohongmu masih sama buruknya dengan saat itu."
July menghela napas. Benar, 'kan. Seokjin pasti akan mengungkit pertemuan pertama mereka yang sebenarnya.
Pertama kali July melihat pemuda ini adalah saat liburan kenaikan kelas tahun lalu. Kondisi Seokjin buruk. Saat itu ada gips yang membaluti lengan dan kaki kanannya. Kalau July tidak salah ingat, Seokjin belum setinggi sekarang. Entah apa yang dimakannya selama setahun kurang. Bisa jadi ia menelan gipsnya sendiri. Siapa tahu?
"Jadi, apa yang ingin kaukatakan?" balas July tidak ingin berlama-lama berdiri di sana. Ia sedikit banyak merasa terpojokkan dan itu membuat agak merasa tidak nyaman.
"Kurasa kau yang belum mengatakannya padaku, bukan?"
July memutar leher yang terasa pegal. Iya. July paham betul apa yang dibahas Seokjin. Pemuda di depannya ini pernah memberi alasan singkat mengapa ia berada di rumah sakit dengan kondisi buruk seperti kala itu, dengan harapan bahwa Moon July akan bertukar informasi tentang dirinya yang terlihat baik namun secara tanda tanya berada di sana dengan gaun pasien.
Lagipula kenapa Seokjin harus sangat amat penasaran dengan alasan dibaliknya? Yang namanya sial itu bisa datang kapan saja. Bahkan Seokjin sendiri saja dirawat karena cedera saat berlatih futsal.
July mendengus setengah hati, "Alasannya aku sakit. Apa lagi?"
"Sakit apa?"
"Demam. Kurang cairan," tandas July.
"Hal begitu butuh rawat inap?"
"Demam berdarah," tambah July cepat.
Misalkan July memang berdusta, memang apa masalahnya? Hal itu tidak akan merugikan Seokjin. Gadis itu kemudian berangsur pergi setelah memberi isyarat. "Aku buru-buru. Pelajaran pertama hari ini dibimbing oleh Ibu Choi, Si Singa Galak."
Pemuda itu tersenyum. "Ibu Choi?"
Seokjin mengangguk-angguk penuh arti sembari melambaikan tangan. "Oke! Kau lebih baik segera lari daripada telat."
Lalu saat gadis itu benar-benae telah pergi, sinar mata Seokjin perlahan redup. Pembohong. Moon July berbohong.
Ibu Choi itu mengajar pelajaran pertama di kelas Seokjin, bukan di kelas Moon July.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon I Met in July | salicelee.
FanfictionJeon Taehyung terlihat berbeda. Matanya jadi suram dan sikapnya dingin. Yang sama hanyalah, dia masih punya banyak bekas luka pukulan. Sebagai teman kecil, Moon July mencoba membuka hati Taehyung, namun ia sendiri malah berusaha menutupi sesuatu di...