ii. the kidnapping case

1.3K 221 14
                                    

          "Hah ... aku harap dua tahun ini bisa cepat berlalu," Sakura menopang dagunya menggunakan kedua tangan. Matanya memandang kosong pemandangan murid-murid sekolah yang sedang beristirahat di kantin.

"Orang-orang ingin waktu berjalan lebih lambat, tapi kau justru menginginkan hal sebaliknya," balas seorang pemuda berambut merah yang duduk di hadapannya.

Sakura menghela napas panjang, "Itu karena aku ingin cepat-cepat cukup umur agar bisa bekerja di tempat yang lebih baik, dan mendapatkan gaji yang lebih baik juga," ia menyuapkan suapan terakhir makan siang yang ada di dalam kotak bekalnya, lalu menenggak air mineral dari botol minumnya.

"Hm ... ya, benar juga," balas pria itu. Ia menutup kotak bekal makan siangnya yang telah habis. "Jadi, untuk sekarang kau fokus saja untuk belajar dengan benar. Bukankah kau ingin menjadi seorang dokter, agar bisa merawat Paman Kizashi sendiri? Tidak perlu memaksakan diri untuk bekerja di tiga tempat sekaligus, sampai-sampai kau jatuh sakit karena kelelahan. Aku masih ada cukup tabungan untuk membantu biaya pengobatan Paman."

Sakura menggeleng pelan, bibirnya melengkungkan senyum tipis, "Tidak, Gaara. Kau harus menyimpan tabunganmu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Bukankah impianmu adalah menjadi seorang detektif handal?"

Gaara mendengus, "Kau tahu bahwa itu hanyalah impian seorang anak kecil berumur sepuluh tahun. Aku tidak lagi bermimpi konyol seperti itu."

"Dan, kau ingin aku menanggung rasa bersalah itu seumur hidup, jika nanti aku berhasil menjadi dokter dengan mengorbankan mimpimu sendiri?" Sakura menggelengkan kepalanya tegas, "Terima kasih, tapi aku tidak ingin menyusahkanmu terus, Gaara. Sudah banyak pengorbananmu untuk membantu kesembuhan Ayah, aku sangat berterima kasih atas semua bantuanmu. Sudah saatnya kau fokus pada dirimu sendiri, aku tahu benar kalau menjadi seorang detektif adalah cita-citamu sejak kecil, dan masih bertahan sampai sekarang."

Baru saja Gaara akan membalas ucapannya, Sakura langsung bangkit membereskan kotak bekalnya. Ia tersenyum tipis, kepalanya bergerak mengajak Gaara pergi dari kantin. "Ayo, kita pergi. Sebentar lagi jam istirahat selesai."

Dan, tidak ada lagi yang dapat Gaara lakukan selain menuruti perkataan Sakura. Mereka berjalan beriringan menuju kelasnya masing-masing. Sakura melambaikan tangan ketika sudah berada di depan gedung masuk kelas sepuluh. Gaara lebih tua satu tahun dari Sakura, sehingga mereka harus terpisah di jalan menuju gedung kelasnya.

Gaara dan Sakura sudah saling mengenal sejak kecil. Tumbuh di lingkungan yang sama membuat keduanya mengerti satu sama lain. Sakura sudah menganggap Gaara seperti kakaknya sendiri, begitu pun sebaliknya. Keduanya seperti disatukan oleh kesamaan nasib.

Tempat tinggal milik Gaara hanya berjarak beberapa rumah dari milik Sakura. Lelaki itu hanya tinggal seorang diri di rumahnya. Kedua orang tuanya terlibat dalam kecelakaan sebuah bus yang merenggut nyawa hampir seluruh penumpangnya, termasuk ayah dan ibu Gaara. Dan sebagai seorang anak tunggal, Gaara akhirnya tinggal sendirian karena tidak ada sanak saudara yang mau merawatnya. Mereka semua seolah-olah menutup mata akan apa yang terjadi pada salah satu anggota keluarganya. Keadaan ekonomi yang kurang juga menjadi salah satu alasan, kenapa mereka tidak mau menerima Gaara. Kehadiran Sakura dan ayahnyalah yang berhasil membuat Gaara untuk terus melanjutkan hidupnya.

Setelah kematian kedua orang tuanya, Kizashi dengan baik hati mau merawat dirinya. Hingga kejadian naas itu menimpa Kizashi, Gaara sudah bertekad untuk membantu kesembuhan dari ayah Sakura, dan terpaksa merelakan mimpinya untuk menjadi seorang detektif di kotanya. Biarlah mimpinya itu hanya menjadi angan semata, yang terpenting baginya sekarang ialah kesembuhan dari sosok yang sudah dianggapnya seperti orang tuanya sendiri.



Red SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang