xiii. don't cry

668 116 25
                                    

          Hari itu ditutup dengan sempurna, menurut Sakura.

Sore hari, setelah pulang dari Cloud9 Bar, dia menghabiskan waktu yang menyenangkan; menonton Matahari sampai tenggelam sepenuhnya. Dan, malamnya Sakura jalani tanpa gangguan dari Sasuke.

Saat itu, Sai terus berada di sisinya, menemani Sakura sampai puas. Sekarang ia memiliki hobi baru yang mungkin akan dilakukannya setiap hari, mulai dari sekarang. Setelah hari mulai gelap, dan Matahari turun dari peraduannya, Sai mengantar Sakura kembali ke kamarnya. Malam harinya, pria itu kembali datang membawa trolley berisi makan malam.

Sakura menikmati makan malamnya sendirian. Toh, ia tidak masalah dengan hal tersebut. Makan di kamar seorang diri memang kurang menyenangkan, tapi lebih baik daripada bersama Sasuke, begitu pikirnya.

Namun, ketika malam semakin dingin serta langit semakin gelap, menit demi menit telah Sakura lalui guna menjemput kantuk yang tak kunjung datang. Lagi-lagi, ia kesulitan untuk tidur. Tubuhnya seolah masih dalam keadaan waspada, sehingga memaksa matanya agar tetap terjaga.

Saat kelopak matanya berhasil menutup, perasaan tersebut hanya bertahan selama beberapa menit saja. Sakura akan terperanjat bangun hanya karena suara-suara kecil, ataupun merasa seperti ada sepasang mata yang tengah memperhatikannya lelap.

Maka, ketika jarum jam berhenti diangka tiga, Sakura memilih untuk tidak lagi mencoba tidur. Dia terduduk di atas ranjang, terpaku dalam lamunannya sendiri.

Ada yang bilang jika malam hari adalah waktu yang tepat untuk merenung. Berbeda dari pengarnya siang kala melanda, kau akan tenggelam dalam lautan kesunyian. Membuatmu seolah berada dalam zona privasi untuk berpikir mengenai keadaan saat ini.

Tak pelak hal tersebut membuat Sakura memikirkan keluarga dan sahabatnya. Mereka pasti khawatir dengan keadaannya yang tiba-tiba menghilang; diculik. Ia cemas akan kondisi ayahnya, apakah dia baik-baik saja? Sudahkah ayahnya makan? Bagaimana dengan obatnya? Sakura harap Kizashi tidak mengetahui perihal dirinya yang diculik. Lalu, ia yakin Bibi Kurenai kini sedang menjaga di sisi sang ayah. Wanita itu juga pasti kalang kabut mencari Sakura.

Dan, Gaara ....

Lelaki itu bisa sedikit berlebihan dalam menanggapi sesuatu yang berhubungan dengan Sakura. Otaknya menerka-nerka bagaimana perasaan Gaara sekarang. Dia juga mungkin sudah melaporkan berita kehilangannya pada polisi. Berkeliling di wilayah sekitar rumahnya, menanyai satu-persatu tetangga. Sudut bibir Sakura terangkat sedikit, dasar Sabaku yang satu itu.

Sakura meremas bajunya. Hatinya terasa hangat memikirkan orang-orang terkasih, namun disaat yang bersamaan pun terasa perih. Ia merindukan mereka. Sangat, sampai rasanya menyakitkan. Sakura ingin segera keluar dari sana, tapi bagaimana caranya?

Berpikir.

Ayo, berpikir.

Sakura menggigit kuku jari-jemarinya cukup keras. Otaknya memikirkan beberapa rencana yang dapat membuatnya terbebas dari neraka ini.

Pertama-tama, ia tidak dapat keluar secara diam-diam dari rumah ini. Setiap penjuru mansion diawasi oleh para penjaga yang membawa senjata. Ada pula kamera pengawas yang tersembunyi di setiap sudut ruangan. Sialan, bahkan di kamarnya juga ada!

Kepalanya mendongak ke atas, mencari-cari letak kamera yang selama ini mengawasinya. Sakura menyipitkan mata, benda itu ternyata lebih sulit untuk ditemukan daripada yang ia kira. Well, pantas jika kameranya begitu kecil dan tersembunyi. Apabila CCTV-nya berukuran normal seperti pada umumnya, ia akan langsung menyadari keberadaan kamera pengawas tersebut.

Napasnya berhela dengan kencang.

Sakura memeluk kedua kakinya. Kepalanya bertumpu pada lutut, terasa berdenyut nyeri. Ia kelelahan. Beberapa hari ke belakang, hidupnya berubah 180 derajat, dan itu semua disebabkan oleh Uchiha Sasuke.

Red SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang