xv. trust no one

577 94 25
                                    

note: ada pemberian italic sebagai penanda flashback.

    
     
  
     
 
          Gaara termenung sendirian di dapurnya, duduk dengan kedua tangan yang menopang dahi.

Dia lelah, kesal, pusing, khawatir, sedih ... semuanya bersatu membuat kepala dan dadanya serasa akan meledak. Ditambah lagi dengan pertemuannya bersama seorang pria aneh berpakaian serba mencolok--ia yakin itu semua bukanlah kebetulan semata.

"Sahabatku diculik oleh sekelompok orang, aku ingin melaporkan kehilangannya pada polisi."

"Oh, apa sahabatmu itu seorang perempuan berambut merah muda?"

Mendengar perkataan tersebut, Gaara tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Bagaimana bisa pria aneh ini tahu tentang berita Sakura yang hilang. Padahal jika dipikir-pikir lagi, hanya dia, Bibi Kurenai, dan kakek pemilik rekaman CCTV saja yang tahu. Kabar itu tidak mungkin menyebar secepat ini. Apalagi Gaara sangat yakin bahwa sekarang ada kali pertamanya bertemu dengannya.

"Kenapa Anda bisa tahu kalau orang yang aku cari adalah seorang perempuan berambut merah muda?" Gaara menatap pria itu dengan pandangan menyelidik. Rasa curiga mulai bertumbuh di dadanya.

Pria itu terkekeh, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum. "Alasan aku bisa mengetahuinya ... itu masih rahasia. Aku mungkin bisa memberikan banyak informasi tentang sahabatmu."

Gaara semakin yakin bahwa pria ini--entah dari dan bagaimana caranya--memiliki sebuah petunjuk penting mengenai keberadaan Sakura. Apakah dia yang telah menculik Sakura? Dan, sekarang berusaha untuk menjebakku? pikir Gaara, berusaha memikirkan segala kemungkinan yang ada.

"Apa informasi yang Anda miliki? Saya harap itu informasi yang penting, sebab saya tidak punya banyak waktu untuk mendengarkan omong kosong Anda."

Pria itu lagi-lagi tertawa sembari memegangi perutnya. Melepas kacamata hitam yang sedari tadi dipakainya, kemudian menyelipkan benda itu di kerah baju. Bibirnya menyunggingkan seringai yang terlihat begitu mencurigakan bagi Gaara.

Gaara mengernyit. Dia benar-benar aneh ... dan sepertinya berbahaya.

Si pria mentereng maju, mendekatkan wajahnya ke telinga Gaara, "Aku bahkan tahu siapa yang sudah menculik sahabatmu," bisiknya. Setelah itu kembali menjauh disertai senyuman khasnya.

Ada sesuatu yang terasa mengganjal di kerongkongannya. Gaara membasahi bibirnya yang terasa kering, "Kau ... bagaimana kau bisa mengetahuinya?"

Pria itu mengangkat bahu acuh, "Aku akan memberitahumu, tapi ...."

Gaara mengepalkan telapak tangannya. Ia yakin pria itu sedang bermain-main dengannya, dan berusaha membuat dirinya jatuh dalam jebakan manisnya; menggunakan Sakura sebagai umpan.

"Tapi, apa? Tolong jangan bermain-main."

"... tapi, tentu saja tidak gratis," dia kembali tertawa. "Bagaimana? Tertarik untuk mencaritahu yang sebenarnya mengenai dalang di balik penculikan sahabatmu itu?"

"Apa jaminannya kalau ternyata Anda sudah menipu saya?"

"Ohoho, sepertinya kau masih perlu diyakinkan lagi," pria itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Mengotak-atik sebentar benda tersebut, kemudian memperlihatkan sebuah gambar pada Gaara.

"Itu?!"

Gaara berusaha menahan diri untuk tidak merampas ponsel pria itu agar dapat semakin jelas melihat fotonya. Di layar sana, terpampang cukup jelas penampakan sesosok perempuan berambut merah muda yang tengah digendong oleh pria tinggi tegap berpakaian hitam.

Red SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang