iv. the little rabbit

815 146 10
                                    

          Sakura mengganti tanda yang tergantung di pintu café menjadi tanda bertuliskan 'CLOSED' agar tidak ada lagi orang yang mengira bahwa AM Coffee masih buka. Ia berjalan ke ruang ganti dan melihat Hinata yang sedang bersiap untuk pulang. Rekan kerja yang lainnya pun sudah pulang lebih dulu saat dua pria tadi meninggalkan tempat ini.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Sakura.

Hinata mengangguk, "Ya, terima kasih, Sakura. Kalau tidak ada bantuanmu, aku tidak tahu akan bagaimana jadinya nanti."

Sakura tersenyum lembut, lengannya terangkat untuk menepuk pelan punggung Hinata. "Tidak apa, Hinata. Jika kau butuh teman untuk mendengarkan ceritamu, kau bisa datang padaku kapan saja."

Perempuan berambut hitam kebiruan itu menatap Sakura penuh haru, kemudian beringsut maju untuk memeluknya, "Terima kasih," bisik Hinata.

Sakura membalas pelukan Hinata tak kalah erat, "Sudah, sudah. Kalau kita terus berpelukan di sini, Kak Toneri mungkin akan mengira aku telah mengganggu hubungan kalian berdua," ujarnya dengan nada jenaka yang kentara.

Toneri dan Hinata baru saja melaksanakan pertunangan keduanya sekitar dua bulan yang lalu. Sakura juga turut diundang pada saat itu, ia datang bersama Gaara. Pesta pertunangannya diadakan dengan cukup sederhana, hanya ada sanak saudara dan teman-teman dekat Toneri dan Hinata saja yang datang.

Pada akhirnya, Hinata tertawa kecil mendengar lelucon yang dikatakan Sakura. "Benar juga," matanya melirik jam dinding yang saat ini menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Ia lalu berpaling pada Sakura, "Kau pulang sendiri hari ini?"

"Mm-hm, Gaara sedang demam. Aku juga berencana untuk mampir ke tempatnya sebelum pulang."

Hinata memandang Sakura dengan tatapan yang sarat akan kekhawatiran, "Bagaimana dengan pulang bersamaku? Aku yakin Toneri tidak akan keberatan untuk mengantarmu dulu."

"Dan membuat kalian harus memutar jauh? Tidak, tidak. Aku tidak masalah apabila harus pulang sendiri."

"Oh, Sakura, kami benar-benar tak masalah jika perlu memutar jauh. Keselamatanmu lebih utama. Kau sendiri juga tau 'kan daerah ini sudah tidak aman lagi karena kasus penculikan kembali bermunculan?"

Sakura menyunggingkan senyumnya, ia paham akan rasa khawatir yang ditunjukkan oleh Hinata, dan dirinya merasa sangat berterima kasih pada perempuan itu karena sudah mengkhawatirkannya. Tapi, Sakura benar-benar merasa tidak enak untuk menumpang di mobilnya Hinata dan Toneri.

"Aku akan pulang sendiri saja, Hinata," Sakura kemudian mengeluarkan sebuah botol semprotan kecil dan menunjukkannya pada Hinata. "Lihat, aku selalu membawa pepper spray dan pisau kecil ini ke mana-mana. Jadi, semuanya sudah pasti akan baik-baik saja," ia juga menunjukkan pisau lipat kecil yang menggantung sebagai gantungan kunci di tasnya.

"Kau yakin?"

"Seratus persen."

Hinata mengembuskan napas pasrah, "Baiklah. Hati-hati saat di jalan nanti, apabila ada orang aneh yang mendekat, langsung lari menjauh. Atau kau semprot saja matanya dengan pepper spray itu, mengerti?"

"Siap! Apa Kak Toneri sudah di jalan untuk menjemputmu?"

"Ya, mungkin sebentar lagi dia akan sampai."

"Baiklah, kalau begitu aku pulang lebih dulu," pamit Sakura. Ia memeluk sekilas Hinata. Mengenal perempuan itu membuatnya merasakan sedikit bagaimana kasih sayang seorang kakak perempuan. Dan, ia sangat bersyukur bisa mengenalnya.

Hinata mengantar Sakura hingga ke pintu depan AM Coffee, "Kabari aku kalau kau sudah sampai di rumah."

Sakura mengangguk, "Kau tunggu Kak Toneri di dalam saja, Hinata."

Red SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang