vi. just a dream

706 138 13
                                    

          "Kenapa kau membawanya kemari, Sasuke?"

Sasuke menyesap anggurnya dengan santai. Ia menatap dingin lelaki yang kini duduk di hadapannya.

"Kau tahu, dia tidak ada hubungannya dengan semua hal yang kita lakukan," lanjutnya.

Lama ruangan itu hening karena tidak ada yang bersuara. Hingga akhirnya Sasuke menaruh gelas anggurnya yang telah kosong ke atas meja. Dentingannya menghasilkan bunyi yang cukup nyaring.

"Aku tidak membiarkanmu hidup untuk mendengar pendapat tidak pentingmu itu, Shisui," Sasuke masih mempertahankan ekspresi datarnya.

"Tapi, kau tidak bisa membiarkan warga biasa terlibat dengan masalah kita, terlalu beresiko!" Uchiha Shisui masih teguh pada pemikirannya. Melibatkan seseorang, terutama warga sipil, ke dalam dunia mereka memang riskan. Mereka tak akan tahu kapan informasi rahasia Uchiha-gumi tersebar.

Ia sudah berusaha mati-matian membuat segala kegiatan yang dilakukun kelompoknya tidak sampai timbul ke permukaan. Meski mereka punya banyak koneksi di pemerintahan, menjaga semuanya tetap tersembunyi dan aman adalah prioritas. Apalagi Saburo sudah bertindak bodoh dengan membocorkan informasi penting mereka pada Senju-kai.

"Lalu?"

"Kau menculik dan menawannya di sini. Bagaimana jika lokasi kita terlacak karena hal tersebut?"

"Aku tidak menawannya. Apa ada seorang tawanan yang di tempatkan disalah satu kamar terbaik mansion ini? Dan aku sudah membuang ponsel perempuan itu. Aman."

Sasuke muak menatap iris yang berwarna senada dengan miliknya itu. Ditahannya keinginan untuk menghilangkan sepasang mata itu. Ia terpejam, berusaha mengendalikan diri. Saat kedua kelopak matanya terbuka, maniknya berubah menjadi semerah darah.

Shisui terkejut melihatnya. Tak ayal, ia sedikit gentar saat Sasuke sudah menunjukkan tatapan tersebut. "Tapi, Sasuke—"

"Dengar, Shisui. Aku tidak butuh pendapatmu. Aku juga tidak akan melibatkannya pada segala hal yang ada di pikiraanmu itu. Dia mainanku dan kau tidak berhak mengatur bagaimana caraku bermain dengannya."

Laki-laki yang juga bermarga Uchiha itu menghela panjang. Berusaha menegarkan diri untuk menatap Sasuke langsung di matanya. Pada akhirnya, ia menyerah, "Baiklah."

Uchiha Shisui adalah salah satu dari beberapa Uchiha yang tidak terbunuh dalam peristiwa pembantaian yang dilakukan Sasuke tiga tahun lalu.

Putra dari Fugaku itu membunuh orang-orang yang setia pada ayahnya. Mereka yang ia rasa akan menolak kepemimpinannya di Uchiha-gumi dihabisi. Termasuk beberapa anggota keluarga Uchiha yang menolak kehadirannya.

Sasuke menyisakan beberapa anggota keluarganya untuk dijadikan sekutu. Ia membuat peristiwa berdarah itu sebagai pembelajaran bagi mereka, bahwa dirinya tidak akan segan untuk menghabisi siapa pun yang membantah dan berkhianat padanya.

Shisui kemudian bangkit dari duduknya, "Kalau begitu aku pergi dulu. Masih ada pekerjaan yang harus aku urus," pamitnya pada Sasuke. Ia melangkah keluar dengan tenang dari ruangan tersebut.

Sasuke diam tak membalas.

Lalu, ia menyenderkan badannya pada sofa. Kedua tangannya terlipat di atas dada. Sasuke terpejam, menikmati kesendiriannya dalam hening.

Belum dirasa lima menit dirinya terdiam, sebuah suara gedoran pintu dan teriakan seorang perempuan membangunkannya. Sasuke bergeming, kemudian menyeringai.

Kelinci kecilnya sudah bangun.
    
    
    
    
    

***
      
     
     
    
    

Red SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang