xviii. i am sorry

570 98 11
                                        

          Sakura ....

Gaara termenung ketika akhirnya bisa kembali melihat Sakura secara langsung. Hatinya tak berhenti mengucapkan rasa syukur. Senang rasanya melihat Sakura dalam keadaan sehat dan tidak kekurangan satu hal pun.

Namun, sebenarnya itu mengganggu pikiran Gaara. Sakura terlihat baik-baik saja. Terlalu baik-baik saja sehingga hal tersebut menjadi masalah pertama yang langsung ia sadari.

Tunggu dulu, jangan salah paham. Gaara tentu sangat senang Sakura dalam keadaan baik. Melihat perempuan itu terluka adalah hal terakhir yang ingin dia lihat, keselamatannya sudah pasti prioritas nomor satu. Tapi, Sakura yang terlihat tak memiliki masalah berjalan dan berada di satu kendaraan bersama orang yang sudah menculiknya menjadi renungan Gaara sekarang.

Apa saja yang telah terjadi padanya? Gaara tak dapat menghentikan pertanyaan itu untuk berhenti beredar di kepalanya. Sesuatu terasa salah.

Gaara tidak bisa duduk tenang di tempatnya. Ia ingin turun dari mobil, lalu segera pergi menyelamatkan Sakura. Perempuan itu sudah berada di depan matanya, tapi dia sedang dalam penjagaan ketat orang-orang Uchiha-gumi.

Maka dari itu, Gaara hanya dapat terdiam dan bersabar. Ia harus tetap dalam persembunyian demi keberlangsungan rencana mereka.

Iris kehijauannya melirik Killer B yang berada di sampingnya, duduk di balik roda kemudi sembari menunggu kabar dari Yahiko dan temannya yang lain. Mereka sudah menduduki posisi masing-masing, tinggal menunggu aba-aba dari pusat, dan misi fantastis mereka pun akan segera terlaksana.

"Ya Tuhan, aku sudah tidak sabar!" Killer B berseru pelan, meremas-remas setir mobil dengan gemas.

"Aku juga ...." balas Gaara.

Sudah pasti maksud ucapan keduanya berbeda, kalian tahu alasannya.

"Aku sangat penasaran dengan ekspresi yang akan dibuat oleh Uchiha Sasuke ketika mendengar aset-aset berharga miliknya lenyap tertelan api," Bee terkekeh. "Pasti menyenangkan."

Pria berbadan besar itu menepuk bahu Gaara, "Kau beruntung bisa secara langsung mengamati di tempat kejadian. Kuakui, aku iri padamu, Nak."

Gaara memasang tampang tersanjung yang dibuat-buat, "Yah, sebuah kehormatan buatku."

Killer B tertawa sangat kencang, membuat mobil yang mereka tumpangi turut bergerak-gerak. Tangannya memukul-mukul paha sendiri. "Oh, ya ampun, ternyata kau bisa bercanda juga," ia mengusap sudut matanya yang berair.

Suasana hati Bee sepertinya sedang sangat bagus. Pria itu jadi sering tersenyum dan tertawa karena hal-hal remeh. Sayang sekali, Gaara tidak ikut merasakan euforia yang dialami olehnya. Ia justru merasa sangat stres serta gelisah. Terlalu khawatir memikirkan segala kemungkinan yang terjadi.

Bagaimana kalau rencana mereka gagal?

Bagaimana kalau Sakura terluka akibat ledakan bom yang sudah mereka taruh di gudang bar tersebut?

Bagaimana kalau dia yang gagal dalam menjalankan misinya?

Bagaimana kalau ternyata Sasuke tidak berhasil dia bunuh?

Dan, masih banyak 'bagaimana, bagaimana' lainnya yang bercokol dalam kepala Gaara.

Ini tidak akan menjadi perjalanan yang mudah. Siap tidak siap, mau tidak mau, Gaara sudah berkomitmen untuk melaksanakannya. Semua demi Sakura.

Sebuah dering panggilan masuk terdengar dari ponsel milik Killer B. Pria besar itu langsung mengangkat teleponnya dengan semangat. Raut senang tercetak jelas di wajahnya.

Red SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang