Sinar Matahari yang mulai naik ke peraduan menjadi hal pertama yang dilihat oleh Gaara ketika membuka mata. Diliriknya jam yang baru menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit, dan siapa pula orang tidak sopan yang menggedor pintu rumahnya secara kasar di pagi hari seperti ini.
Gaara bangkit dengan malas-malasan dari ranjang. Ia berjalan mengambil kaus yang tergeletak di sofa saat merasa gebrakan di pintunya semakin kencang. "Sebentar!" serunya seraya memakai kaus dengan terburu-buru.
Gaara melangkahkan kaki lebar-lebar untuk membuka pintu. Matanya membola ketika melihat Kurenai, bibi Sakura, muncul di depannya dengan wajah pucat dan rasa khawatir yang sangat kentara.
"Bibi Kurenai? Ada perlu apa Bibi pagi-pagi ke sini?" tanya Gaara, masih setengah mengantuk.
"Sakura ... Gaara, dia menghilang!"
Rasa kantuk yang tadi dirasa olehnya mendadak hilang tak bersisa. Gaara mengernyit, "Bagaimana bisa, Bi? Kapan dia menghilang?" tanyanya secara tergesa.
Kurenai menggigit bibir bawahnya. Wanita memainkan jari tangannya, gelisah. "A-aku datang ke rumahnya pagi ini, seperti biasa. Tapi, saat aku mengetuk pintu, tidak ada yang menyahut ataupun membukakan pintu. Aku khawatir, jadi kucoba saja untuk membukanya, dan ternyata tidak terkunci," ia berhenti sejenak. Air nampak mulai menggenang di kelopak matanya.
"Sakura tidak pernah melakukan itu, tak mengunci pintu. Lalu, aku masuk ke dalam dan tidak menemukannya di mana-mana! Kizashi masih tertidur sendirian di kamar. Sakura tidak mungkin meninggalkan ayahnya sendirian begitu saja tanpa mengabariku," Kurenai menggenggam kedua tangan Gaara erat. "Kumohon bantu aku mencari Sakura, Gaara ...."
Gaara balas mengeratkan genggaman tangan Kurenai. Pria itu mengangguk tegas, "Aku pasti akan membantu mencari Sakura. Bibi jangan risau," kemudian lengannya bergerak untuk memegang bahu Kurenai. "Bibi tunggu di sini sebentar, aku ganti celana dulu."
Dengan begitu Gaara kembali masuk ke dalam rumah. Buru-buru membuka lemari pakaian dan mencari celana yang lebih layak dipakai guna mengganti boxer-nya. Ia juga masuk sebentar ke kamar mandi untuk cuci muka serta menggosok gigi. Setelah selesai, Gaara kembali menghampiri Kurenai.
"Ayo, Bi," ajaknya.
Kurenai membalas melalui sebuah anggukan.
Mereka segera pergi meninggalkan rumah Gaara. Berjalan cepat-cepat menuju tempat Sakura tinggal. Lelaki itu bisa saja berlari ke sana, inginnya, namun melihat Kurenai yang sudah terengah-engah untuk mengikuti langkah besarnya, Gaara jadi melambatkan jalannya sendiri.
Sekitar lima menit kemudian, keduanya berhasil sampai di rumah Sakura. Kurenai pergi menghampiri Gaara ketika memastikan keadaan Kizashi baik-baik saja. Saat melihat saudaranya yang masih tertidur dengan tenang, ia yakin bahwa semalam tidak terjadi hal-hal mengerikan seperti yang dikiranya.
Kurenai dan Gaara masuk ke dalam rumah.
Menggunakan mata kepalanya sendiri, Gaara tidak melihat adanya tanda-tanda pembobolan ataupun barang hilang yang dicuri. "Apakah ada barang yang menghilang, Bi?"
Wanita itu menggeleng. "Tidak ada. Semuanya dalam keadaan baik-baik saja, tak ada yang rusak. Bahkan beberapa masih ada di tempatnya, berada di posisi yang sama sejak aku terakhir kali melihatnya semalam."
"Jadi, bukan karena pencurian ...." Gaara menggumam. Lelaki itu mulai berjalan mengitari sekeliling rumah Sakura, bahkan hingga mengintip ke rumah-rumah tetangga sekitar. Barangkali ada sesuatu yang mencurigakan disembunyikan oleh salah satu dari mereka.
Namun, nihil. Jejak keberadaan Sakura tak ada di mana-mana, seolah perempuan itu menghilang begitu saja ditelan bumi.
Gaara mengusap keringat yang bercucuran di dahinya. "Aku tidak bisa menemukan Sakura di manapun, Bi," ujarnya penuh sesal. Gaara juga merasakan sesak yang bergumul di dada, khawatir akan keadaan Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Serenade
FanfictionDia terkutuk. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu, bayi laki-lakinya terkutuk. Fugaku tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan pada bayi laki-laki tersebut. Haruskah ia membunuhnya? Tapi, ramalan berkata bahwa bayi ini akan membawa kes...