"Kau tahu sendiri, 'kan, aku tidak suka dengan kegagalan?"
Suara yang terdengar dari balik telepon itu mengalun dingin dan kejam. Membuatnya mau tidak mau menahan napasnya, kuasa pria itu memang sungguh luar biasa.
"Ya, aku sangat paham akan hal tersebut, Tuan," balasnya, kemudian melangkah menuju mini bar yang ada di rumahnya.
"Kalau begitu kenapa kalian bisa gagal membunuh Uchiha Sasuke?!"
Sentakan pria itu membuatnya sedikit terperanjat. Ia sedikit meringis kala ingin mengambil botol anggur yang disimpannya di atas meja. Egh, luka sialan ini benar-benar mengganggu, erangnya dalam hati.
"Ada beberapa hal yang terjadi di luar rencana kami. Aku dan Killer B tidak menyangka bocah merah itu akan lebih memilih mengejar seorang perempuan dibandingkan melanjutkan misinya. Killer B bilang dia bocah yang patuh. Tapi, gara-gara dia rencana kami mulai melenceng dari jalurnya, semuanya langsung kacau balau. Untungnya bom yang ditanam dibeberapa properti milik Uchiha-gumi berhasil meledak dengan baik. Setidaknya hal tersebut membuat mereka rugi besar, dan butuh waktu yang tidak sebentar untuk kembali memulihkannya."
Sial, isi botol anggurnya tinggal sedikit.
"Berhenti menumpahkan semua kesalahan pada bocah ingusan itu! Yang kulihat sekarang adalah ketidakbecusan kalian semua dalam membunuh Uchiha Sasuke! Kalian terlalu banyak mengulur waktu. Kerugian remeh seperti itu takkan berarti banyak bagi mereka--kau perlu membunuh langsung pemimpinnya jika ingin mereka hancur telak."
"Maaf, Tuan. Aku berjanji yang kemarin akan menjadi kegagalan terakhir."
Pria yang ada di seberang sana mendengus kencang. "Aku tidak butuh janjimu. Yang aku inginkan adalah melihat kepala Uchiha sialan itu terpisah dari kepalanya, kau mengerti?"
"Mengerti, Tuan."
Dan, setelah itu panggilan pun terputus.
Ia menghela napas panjang. Menghempas asal ponselnya, kemudian menyambar gelas yang sudah terisi anggur setengahnya. Diminumnya cairan memabukkan itu dalam satu kali tenggak, menikmati rasa terbakar yang hinggap di tenggorokannya. Oh, sungguh tiada hal lain yang bisa menandingi sensasinya. Dia sudah kecanduan.
Namun, alkohol yang hanya tersaji setengah gelas itu tentu tidak mampu meredakan dahaganya. Ia perlu lebih, maka dari itu dirinya kembali bangkit guna mengambil lebih banyak botol memabukkan.
Setelah mendapatkan botol anggur yang masih terisi penuh, ia putuskan untuk merehatkan diri di atas sofa saja. Otot-otot di tubuhnya pun butuh diistirahatkan, beberapa bagian terasa pegal dan nyeri.
Kali ini, ia ingin menikmati minuman beralkoholnya langsung dari botol. Menenggak isinya dengan tak sabaran, kemudian menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa.
"Uchiha sialan."
Ia menenggak anggurnya sekali lagi.
"Senju sialan."
Dan, lagi.
Ia mengembuskan napas panjang. Semuanya mulai membuatku muak.
***
Sakura berbaring terlentang di atas kasur, memperhatikan langit-langit kamar yang sudah tidak dilihatnya selama seminggu ini. Tidak ada yang istimewa di sana, hanya saja sudah menjadi kebiasaannya untuk menatap atap kamar sebelum pergi tidur di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Serenade
Fiksi PenggemarDia terkutuk. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu, bayi laki-lakinya terkutuk. Fugaku tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan pada bayi laki-laki tersebut. Haruskah ia membunuhnya? Tapi, ramalan berkata bahwa bayi ini akan membawa kes...