Sasuke mengusap bibir tipis perempuan yang ada di depannya, kemudian menjauhkan badan. Manik sehitam malam itu berpendar tajam, berbanding terbalik dengan bibirnya yang mengulas sebuah senyum tipis.
"Bagaimana? Apa kau menyukainya?"
Iris hijau Sakura menatap nyalang pada Sasuke yang masih duduk di hadapannya. Telapak tangannya mencengkeram permukaan selimut erat-erat, "Kau bercanda?"
Sasuke terkekeh, "Tentu tidak. Aku sendiri sangat menyukainya."
Ya Tuhan ... Sakura ingin sekali mencekik Sasuke saat ini. Jika saja dia mampu mengabaikan sejenak rasa berdenyut di kepalanya, dan rasa takut akan ditembak mati setelah berhasil melakukan rencana, Sakura takkan ragu melakukan kekerasan pada pria itu. Sama sekali.
Maka dari itu, Sakura berusaha menyerukan rasa kesalnya melalui tatapan mata. Ia menatap kelam malam Sasuke dengan rasa kesal yang tak susah payah disembunyikannya. Persetan dengan rencana ketiga ... bla, bla, bla. Sakura sudah muak.
Suara ketukan pintu dan Orochimaru yang masuk setelahnya membuat Sakura sedikit gugup. Ia takut dokter itu akan mengetahui apa yang telah Sasuke lakukan padanya; bukan apa yang telah keduanya lakukan, karena jelas sekali bahwa ia telah menolak, dan Sasuke-lah yang memaksa mencium dirinya.
Memikirkan kata 'itu' saja membuat Sakura merinding.
Orochimaru mendekat dengan kedua alis yang bertautan. Dokter itu bertanya, "Kenapa napasmu berderu kencang seperti itu? Apa sekarang kau merasa sesak napas?" ia sudah bersiap untuk mengecek kondisi Sakura lagi.
Perempuan merah muda itu mengibaskan tangannya di depan dada, dan menggeleng. "Aku baik-baik saja! Tidak ada yang sesak, Dokter!"
"Benarkah?"
Tanpa sadar Sakura mengangguk dengan cepat, terlalu cepat sampai membuat sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi. Ia pun mengerang dan memegangi kepala, menyandarkan tubuh pada kepala ranjang, "Ugh, sakit sekali ...." gumamnya pelan.
Orochimaru menggeleng pelan. Di keluarkannya obat yang telah dia bawa tadi, dan memberikannya pada Sakura.
"Ini adalah obat-obat yang harus kau minum, semuanya dapat dikonsumsi setelah makan," Orochimaru menjeda sejenak perkataannya. Sakura bisa melihat dokter itu melirik sekilas ke arah Sasuke, "Lalu saran dariku, sebaiknya kau kurangi dulu aktivitas-aktivitas yang terlalu melelahkan. Tidur secara teratur, jangan begadang. Dan, yang paling penting; jangan banyak pikiran. Sebab itu penyebab utama tekanan darahmu naik."
"Baik, terima kasih, Dokter Orochimaru," balas Sakura.
Selain dari penampilannya yang cukup unik, Sakura berpikir bahwa Orochimaru bukanlah orang jahat. Dia memang berada di kubu Sasuke, tapi pria itu bersikap selayaknya dokter normal. Tidak terlihat tanda-tanda Orochimaru akan mencelakakannya, dan hal tersebut merupakan sebuah berita baik bagi Sakura.
Orochimaru pun bangkit.
"Kalau begitu urusanku sudah selesai, aku pamit dulu. Masih ada banyak hal yang harus kuurus," ia menghadap pada Sasuke. Keduanya berbincang sejenak dengan suara pelan, sudah pasti agar Sakura tidak dapat menangkap pembicaraan mereka.
Sebelum meninggalkan kamar, Orochimaru memberikan Sakura senyum ramah yang justru terlihat sedikit menyeramkan baginya, "Semoga lekas sembuh, Nona Sakura."
Dan, sekarang tersisa mereka berdua di sana. Lagi.
Dua manusia yang memiliki perbedaan mencolok.
Baik dari segi kehidupan, hingga pemikiran. Masing-masing memiliki tujuannya tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Serenade
ФанфикDia terkutuk. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu, bayi laki-lakinya terkutuk. Fugaku tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan pada bayi laki-laki tersebut. Haruskah ia membunuhnya? Tapi, ramalan berkata bahwa bayi ini akan membawa kes...