xvi. do it for me

652 105 11
                                    

          Sakura sudah merasa lebih baik hari ini. Rasa sakit di kepalanya tidak lagi seintens kemarin. Kini, ia dapat berjalan-jalan tanpa perlu mengkhawatirkan kepalanya pusing kembali. Harus Sakura akui, Orochimaru adalah seorang dokter yang andal.

Dan, sekarang adalah hari ketiganya berada di mansion milik para Uchiha.

Sakura duduk di ruang makan yang sama seperti kali pertamanya datang ke mansion tersebut, bahkan posisi duduknya pun masih tetap. Berada di sebelah kiri Sasuke yang merupakan pemimpin keluarga Uchiha, dan ada pula Shisui di sebelah kanannya, berhadapan dengan Sakura.

Mereka sarapan bersama dalam suasana yang tenang. Sedikit mencekam bagi Sakura.

Acara sarapan hari ini juga merupakan kesempatan pertama Sakura makan di meja makan besar. Dia pernah ke sini, namun tak berlangsung dengan lancar karena tragedi penembakan yang terjadi.

Hanya ada suara dentingan pelan dari alat makan yang beradu dengan piring di ruangan tersebut.

Sakura memperhatikan cara Sasuke dan Shisui bersikap di atas meja makan. Terus terang saja, ia masih awam dengan etika yang ada. Seperti bagaimana cara memilih sendok makan yang benar, posisi-posisinya, cara memakannya, dan masih banyak lagi. Namun, kedua pria Uchiha itu nampaknya tak terlalu mempermasalahkan tindakan Sakura yang sedikit kaku dan aneh.

Menit demi menit berlalu, dan mereka pun akhirnya selesai dengan makanan masing-masing. Sakura masih merasa terlalu canggung untuk bersuara, dan ia masih belum terbiasa akan keterdiaman ini.

Kursi yang di tempati oleh Shisui tiba-tiba bergerak, pria itu bangkit dari duduknya. "Aku undur diri lebih dulu, ada beberapa hal yang harus segera kuurus," ia menunduk sekilas ke arah Sasuke, kemudian berbalik menatap Sakura, memberikan seulas senyum tipis.

Shisui melangkah pergi dengan santai. Pembawaannya yang seperti itu membuat Sakura merasa sedikit lebih tenang di kelilingi dua orang Uchiha sekaligus. Meskipun ia belum tahu ada berapa banyak Uchiha yang tinggal di rumah tersebut, tapi Sakura sangat berharap mereka tidak bertingkah seperti Sasuke. Menghadapi satu saja sudah membuat tekanan darahnya naik, apalagi ada lebih dari satu.

Dan kini, tinggal mereka berdua di ruang makan; Sakura dan Sasuke.

Sakura melirik ke arah Sasuke yang ternyata tengah memperhatikan dirinya. Ia berdehem canggung, "Aku ... aku juga akan kembali ke kamar," ujarnya disertai senyuman yang sebenarnya lebih terlihat seperti sebuah ringisan.

"Siapa yang memintamu untuk pergi?"

Sakura menunjuk dirinya sendiri dengan ragu, "Mm ... aku?"

Sasuke terkekeh kecil, memundurkan sedikit kursinya. "Kemari," ia menepuk pahanya sendiri, "Duduk di sini."

Sakura merasa dadanya mencelus.

Sasuke semakin menggila.

Dengan susah payah perempuan itu menelan ludahnya sendiri, "Kurasa itu bukan hal yang tepat untuk dilakukan sekarang."

Seringai sang pria pun menampakkan wujudnya, "Kalau begitu katakan padaku, hal tepat apa yang bisa kita lakukan sekarang?"

Sakura dapat merasakan telapak tangannya yang mulai dingin dan berkeringat. Gugup mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Mulutnya terbuka, "Demi Tuhan, ini masih pagi!"

Ingin sekali ia mengatakannya tepat di depan muka Sasuke.

Sakura bersyukur pertahanan dirinya masih setia, dan tidak berkhianat dengan melepaskan mulutnya untuk mengatakan hal tersebut pada Uchiha Sasuke. Entah setan mana lagi yang merasuki pria itu, ia tak ingin ambil pusing.

Red SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang