Second prince

72.5K 11.3K 921
                                    

Mikaila segera keluar dari Mansion keluarga Deorwine. Saat dia keluar, dia sudah melihat Xavier yang menantinya.

Well, tidak disangka seorang Grand Duke kejam dan yang paling ditakuti di kerajaan ini akan dengan rela menunggu dan mengantar-jemputnya seperti ini.

Sebenarnya Mikaila juga tau, bahwa jika bukan karena rencana mereka, Xavier tidak mau repot-repot melakukan hal seperti ini.

"Salam yang mulia Grand Duke Acherron yang terhormat, semoga Dewi cahaya selalu memberkati anda," salam Mikaila ala Lady.

Xavier segera membalas salam Mikaila tersebut. Lalu kemudian Xavier segera menyuruh Mikaila untuk masuk ke dalam kereta kudanya.

Tak lama setelah itu, kereta kuda pun berjalan menuju Mansion Arundell.

"Oh ya, Grand Duke Xavier menurutmu bagaimana tentang pangeran kedua?" tanya Mikaila pada Xavier. Dia sengaja bertanya seperti itu, karena yang dia dengar Grand Duke Acherron dan Pangeran kedua merupakan teman semasa kecil, mungkin sampai saat ini.

"Mengapa kau bertanya seperti itu?" tanya Xavier yang malah bertanya balik.

"Tidak, aku hanya penasaran. Aku hanya merasa bahwa Pangeran kedua lebih cocok menaiki singgasana kerajaan dibandingkan Putra Mahkota," jawab Mikaila tenang.

"Kenapa? Bukankah keluargamu adalah pendukung garis keras Putra Mahkota? Apakah kamu ingin membelot sebab diselingkuhi oleh Putra Mahkota?" tanya Xavier lagi.

"Maaf Grand Duke, saya rasa pertanyaan anda barusan keluar dari konteks pembicaraan kita," jawab Mikaila dingin.

"Ya aku hanya heran, dan baru mengetahui, ternyata ada seorang Putri Mahkota yang malah mendukung lawan tunangannya sendiri," kata Xavier seraya tersenyum tipis.

"Well, aku rasa ini tidak ada hubungannya denganmu Yang Mulia Grand Duke, dan aku baru tau bahwa Grand Duke yang terkenal sebagai Grand Duke dingin dan kejam, ternyata juga suka mengurusi kehidupan orang lain," sindir Mikaila.

"Maaf kan saya Lady, jika pertanyaan saya sedikit menyinggung anda," balas Xavier tak enak hati.

"Tidak masalah." Mikaila tidak mau memperpanjang masalah dengan partnernya hanya karena masalah spele, dia tidak mau ambil pusing dengan hal-hal yang menurutnya tidak penting.

"Oh iya, bagaimana dengan proyek tambang emas terakhir kali?" tanya Mikaila mengalihkan percakapan.

"Semuanya berjalan lancar, kendalanya hanyalah beberapa hewan buas yang kerap kali membuat para pegawai was-was," jelas Xavier.

Mikaila mengangguk tanda mengerti. "Lalu dengan orang-orang itu? Bagaimana?" tanya Mikaila sekali lagi.

"Belum ada pergerakan seperti terakhir kali, mereka benar-benar bermain terlalu bersih," jawab Xavier menjelaskan.

"Ah iya, aku ingin memberitahumu sesuatu perihal kerja sama kita, kita tidak hanya berkerja sama berdua saja, akan tetapi ada satu orang lagi yang memiliki musuh yang sama dengan kita."

Perkataan Mikaila tersebut membuat Xavier merasa penasaran, dia baru mengetahui bahwa ternyata Mikaila tidak hanya mengajak dirinya untuk berkerja sama, akan tetapi orang lain juga?

"Siapa?" tanya Xavier penasaran.

"Penyihir agung, Anhard," jawab Mikaila santai, lalu kemudian dia menyilangkan kakinya sehingga terlihat lebih anggun.

Xavier merasa sedikit terkejut, yang dia tahu bahwa penyihir agung memiliki sikap yang tidak peduli pada lingkungan sekitar, dan hanya peduli pada dirinya sendiri. Akan tetapi, Mikaila bisa dikatakan cukup hebat karena telah berhasil membuat si penyihir agung berkerja sama.

The Cold Villains Lady ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang