About Helena

50.5K 8.5K 1.9K
                                    

"Bagaimana? Apakah kalian berhasil menemukan Mikaila?" Kevlan langsung bertanya pada Edward dan Anthonio. Yang dijawab dengan gelengan kompak dari mereka.

Kemarin, Kevlan sudah mengerahkan seluruh orang suruhannya termasuk kedua putranya untuk mencari Mikaila. Akan tetapi bagai orang yang hilang ditelan bumi, Mikaila sama sekali tidak bisa ditemukan.

Kevlan juga ikut mencari, bahkan semalaman ini dia tidak tidur karena  terus memikirkan Mikaila. Jujur saja dia merasa khawatir, dia bertanya-tanya apakah putrinya tinggal dengan nyaman diluar sana? Kevlan merasa frustasi. Bahkan kini kantung mata terlihat jelas dibawah matanya.

Padahal sebentar lagi, mereka akan pergi ke hutan dekat perbatasan untuk menyerang persembunyian makhluk kegelapan atas titah raja. Tapi dia masih sibuk pergi mencari Mikaila.

"Ayah, tenanglah cepat atau lambat aku akan menemukan Mikaila." Edward segera berkata menenangkan. Dia juga turut merasa bersalah atas perginya Mikaila, bayangan dia yang memaki-maki Mikaila terbayang diotaknya.

Sebenarnya sejak kapan Mikaila mulai berubah? Ah, gadis itu berubah semenjak dia menegurnya di perpustakaan. Bodoh! Edward mengutuk dirinya sendiri, dia pikir selama ini tingkah Mikaila hanya bermain-main dan mencoba untuk menarik perhatian mereka. Akan tetapi Edward salah besar, tingkah Mikaila saat itu karena sudah benar-benar muak karena diperlakukan secara berbeda.

Jika saja bisa, dia bertemu dengan Mikaila lagi, dia ingin memeluk tubuh mungil adiknya dan mengucapkan kata 'maaf' berkali-kali padanya.

Sedangkan Anthonio merenung sejenak. Dia tidak pernah dekat dengan Mikaila. Bahkan interaksi diantara mereka bisa dihitung menggunakan jari. Mikaila memang sering kali mengikutinya dan membuatkan sesuatu untuknya. Tapi itu semua berujung dengan ia yang membuang yang Mikaila dan memberinya bahu dingin. Sekarang Mikaila pergi, dan dia merasa bersalah.

"Aku pun akan mencari Mikaila sampai ketemu Ayah, jangan khawatir." Anthonio membuka suara. Ketiga pria itu saling diam, tapi dalam hati mereka saling menguatkan masing-masing.

"Yang Mulia duke, sudah waktunya untuk pergi ke istana untuk berkumpul dengan yang lainnya dan menyerang hutan dekat perbatasan Yang Mulia." Levin mengingatkan, sedari tadi dia berada dalam ruangan yang sama dan mencuri dengar pembicaraan antara ayah dan anak itu bicarakan.

"Baik, ayo pergi sekarang." Kevlan mengajak pada dua putranya yang itu. Biar bagaimanapun Edward dan Anthonio tetaplah seorang ksatria jadi mau tak mau mereka harus ikut serta dalam penyerangan kali ini. Sedangkan untuk Evands, dia masih berada dalam ruang hukuman dan Kevlan belum ada niat untuk membebaskannya.

Sementara di sisi lain, orang yang kini mereka khawatirkan sedang bersantai ria. Mikaila begitu asik membaca buku-buku kuno yang dia curi dari perpustakaan keluarga Arundell.

Saat ini dia sedang menikmati waktu santainya, sebelum akhirnya waktu tenangnya terusik. Saat dikediaman Arundell, dia sama sekali tidak bisa bersantai. Selain karena penghuni di sana tidak ramah, tempatnya pun sangat tidak cocok digunakan untuk bersantai.

"Marry bagaimana? Apakah persiapan butiknya sudah selesai?" tanya Mikaila saat melihat Marry yang datang membawakan secangkir minuman untuk Mikaila.

"Sudah Nona, sebentar lagi semuanya sudah selesai. Gaun-gaun anda sudah jadi semua, anda tinggal mengirimkan undangan untuk peresmian butik anda," jawab Marry cepat.

"Baguslah, Marry jangan lupa membantu aku untuk mengirimkan semua undangan nantinya."

"Baik Nona."

Mikaila memiliki dua tujuan hidup saat ini, selain membalas dendam, dia pun bercita-cita untuk menjadi kaya raya. Sungguh menyenangkan, memiliki banyak uang.

The Cold Villains Lady ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang