Diary

48K 8.9K 2.7K
                                    

Kevlan mencari-cari Mikaila di mansion keluarga Arundell bagai orang linglung. Seperti orang bodoh dia menanyai para pelayan di mana keberadaan Mikaila. Akan tetapi para pelayan tidak mengetahui keberadaan sama sekali.

Anthonio dan Edward yang melihat Ayahnya seperti itu. Langsung menghampiri Ayahnya tersebut.

"Ayah, ada apa? Mengapa seperti ini?" Anthonio bertanya lebih dulu.

"Adik kalian, di mana?" tanya Kevlan pada kedua putranya.

"Evands, ada di ruang hukuman Ayah, Ayah yang menyuruh kami untuk menghukum Kevlan," jawab Edward dengan ekspresi sedikit heran.

Kevlan menggelengkan kepalanya. "Bukan, bukan Evands. Tapi Mikaila."

Anthonio dan Edward nampak bingung. Mengapa tiba-tiba ayahnya menanyai Mikaila sampai seperti ini.

Hati Kevlan merasa tak tenang, entah mengapa seperti ada seseorang yang memberikan bisikan bahwa putrinya benar-benar pergi.

"Kemungkinan ... dia di kamarnya Ayah," kata Anthonio.

Tanpa aba-aba lagi, Kevlan langsung pergi ke halaman belakang mansion. Sejak dulu, dia sengaja menempatkan Mikaila di paviliun terpisah. Alasannya, karena dia begitu membenci Mikaila, setiap kali dia melihat Mikaila, maka dia akan selalu terbayang perihal kematian istrinya.

Anthonio dan Edward saling melirik, kemudian mereka berdua mengikuti kepergian ayah mereka.

Saat mereka sampai di sana, mereka dikejutkan dengan sebuah tempat yang tak layak. Tempat ini begitu mengerikan, dan terlihat suram karena pencahayaan di tempat itu begitu minim.

Seumur hidup mereka, mereka tidak pernah menginjakkan kaki mereka ke tempat ini. Jadi ... mereka tidak pernah tahu bahwa Mikaila akan tinggal di tempat yang sangat tidak layak. Tiba-tiba saja mereka merasakan ngilu di hati mereka.

Bagaimana, bagaimana mungkin tubuh mungil Mikaila dapat bertahan di tempat yang mengerikan begini?

Mereka memasuki kamar milik Mikaila, saat masuk mereka tidak bisa berkata-kata kamar ini ... sangat tidak layak untuk ukuran putri seorang bangsawan.

Isi kamar itu kosong, tidak ada barang milik Mikaila sama sekali. Hal itu membuat mereka seakan terasa panik.

"I-ini tidak mungkin." Kevlan berkata dengan lirih. "Mikaila, tidak mungkin benar-benar pergi bukan?" lanjutnya sekali lagi.

Anthonio dan Edward pun merasakannya perasaan yang sama. Hati mereka seakan diremas kuat saat tahu fakta bahwa Mikaila telah pergi.

Tanpa sadar, tatapan mata Edward beralih pada sebuah buku yang tergeletak di kolong meja.

Dengan penasaran dia mengambil buku tersebut.

"Ayah, sepertinya ini buku Diary milik Mikaila," kata Edward yang mampu membuat Kevlan dan Anthonio memandang kearahnya.

"Berikan pada Ayah."

Edward menurut, dia memberikan buku Diary tersebut pada Kevlan. Dengan rasa penuh penasaran dan antipati mereka membukanya.

Terlihat jelas sebuah tulisan menggunakan tinta yang ditulis oleh Mikaila. Di setiap bawah lembar buku diary itu, terdapat tetesan air mata yang sudah mengering. Nampaknya, si penulis selalu menulis buku Diary tersebut saat sedang menangis.

Hari ini, adalah hari ulang tahunku yang ke-sebelas tahun, tapi ... baik ayah, kak Anthony, kak Edward, kak Evands dan Carlos tidak ada yang mengingatnya sama sekali. Mereka malah mengajak Helena pergi bersama-sama dan meninggalkan aku sendirian di sini. Hanya Marry yang menyiapkan kue dan mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Padahal, aku tidak pernah membutuhkan hadiah apapun. Seperti mereka yang selalu memberikan hadiah yang begitu banyak pada Helena, aku tidak butuh sungguh, aku hanya ingin mereka mengucapkan selamat ulang tahun untukku pun aku sudah sangat senang.

The Cold Villains Lady ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang