Letter

38.1K 6.8K 1.2K
                                    

Raut wajah Xavier berubah menjadi bersemangat saat melihat kedatangan Mikaila, dia yang tadinya beraura suram karena tugasnya sebagai seorang Grand Duke yang menumpuk, kini berubah menjadi cerah seketika.

Xavier mencoba tersenyum ramah seperti Anhard, maupun mencoba tersenyum imut seperti Casis. Akan tetapi senyumnya malah terlihat aneh di mata Mikaila. Sehingga membuat gadis itu mengernyitkan dahinya.

"Salam Grand Duke Xavier, semoga Dewi Cahaya memberkati anda." Mikaila melakukan salam ala lady, lalu dibalas oleh Xavier, kemudian pria itu menyuruhnya untuk duduk.

"Ada apa Lady Mikaila, datang ke tempat saya?" tanya Xavier penasaran. Akan tetapi, tak urung dia merasakan senang di dalam hati.

"Ada yang ingin memecah kita, dengan mengirimkan saya sebuah teror menggunakan inisial nama anda dan tulisan tangannya hampir sama seperti anda," jawab Mikaila to the point, wajah cantiknya terlihat dingin ketika mengingat teror barusan.

"Tapi ... saya hafal persis, bagaimana tulisan tangan anda. Terlihat sedikit perbedaan antara tulisan tangan anda dengan tulisan orang yang tengah mengancam saya," lanjutnya sekali lagi.

Mendengar ucapan Mikaila, Xavier sontak merasa kaget. Akan tetapi wajahnya tetap tidak berekspresi. Dia tidak mengerti, siapa orang yang ingin memecah belah antara dia dan Mikaila. Tapi ... jauh dari itu, dia lebih mengkhawatirkan Mikaila karena mendapatkan teror.

"Anda mendapatkan teror seperti apa lady? Apakah teror itu melukai anda?" tanya Xavier yang tidak bisa menahan rasa khawatirnya.

"Tidak, hanya sepotong kepala ular yang sudah mati. Tidak akan bisa membuat saya takut, apalagi melukai saya," jawab Mikaila dengan nada datar seperti biasanya. Kemudian wanita itu menyilangkan kakinya sehingga kini dia terlihat anggun.

Xavier mengembuskan napas lega, bersyukur karena Mikaila tidak apa-apa.

"Sepertinya, rumah di sana sudah tidak aman lady, bagaimana jika anda pindah ke Mansion saya agar anda tetap aman?" Xavier memberanikan diri untuk bertanya demikian, bukan tanpa alasan. Dia hanya takut apabila Mikaila kembali mendapatkan teror dan dia tidak bisa melindunginya.

Mikaila terdiam selama beberapa saat. Dia memang muak dengan kedatangan mantan keluarganya tanpa diundang, akan tetapi jika dia tinggal di kediaman Xavier itu akan memancing gosip di kalangan para bangsawan. Terlebih, dia dan Xavier tidak memiliki hubungan apa-apa.

Dengan segera, Mikaila menggelengkan kepalanya. "Saya rasa itu tidak perlu, karena itu bisa memancing gosip buruk dikalangan para bangsawan. Tenang saja Grand Duke Xavier, saya bisa mengurus semuanya sendiri."

Xavier ingin membujuk Mikaila, akan tetapi dia paham betul bagaimana sikap Mikaila, dia adalah gadis yang berkepribadian tegas dan sedikit sulit untuk dibujuk. Sekali dia mengatakan tidak, maka dia akan terus mengatakan tidak. Kecuali terjadi hal yang sangat genting, kemungkinan dia akan mengubah keputusannya.

Yang bisa dilakukan oleh Xavier hanya bisa mengangguk setuju, karena statusnya dengan Mikaila saat ini tidak lebih dari partner balas dendam.

"Baik jika itu adalah keputusan anda, saya sangat menghargainya," balas Xavier dengan nada sopan.

"Tapi ... kira-kira siapa yang mengirimkan teror tersebut kepada anda, dan mengkambinghitamkan saya?" tanya Xavier lagi yang masih merasa penasaran.

"Kemungkinan, orang yang sudah mengetahui tentang kerjasama kita. Dan yang pasti, orang itu menyewa seorang ahli untuk membuat tulisan yang sama persis dengan anda," jawab Mikaila yang telah menganalisa hal ini sebelumnya.

"Saya akan mengirimkan orang untuk mengecek hal ini lady, anda tidak perlu khawatir. Serahkan semuanya kepada saya," kata Xavier menenangkan.

Mikaila mengangguk. Masalah ini, akan cepet apabila Xavier yang menanganinya secara langsung. Karena biar bagaimanapun Xavier memiliki banyak orang suruhan yang bisa dia perintah kapanpun.

The Cold Villains Lady ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang