Dream

51.1K 8.3K 251
                                    

Suasana di sana menggambarkan peperangan, begitu banyak mayat bergelimpangan di mana-mana, tempat yang dulunya indah kini berubah seperti neraka.

Gadis itu berlari cepat dengan sisa-sisa tenaga yang dia punya, seluruh tubuhnya terasa sakit. Begitu banyak luka dan kini energinya perlahan menipis, dia tidak peduli dia tetap berlari ke sebuah tempat yang menjadi sumber peperangan.

Di sana dia melihat seorang pemuda tampan yang sudah sekarat dan tergeletak di tanah. Gadis itu dengan cepat berlari dengan sisa kekuatan yang dia miliki, dia sudah menangis dengan kuat kala melihat keadaan si pemuda yang begitu parah.

"Kau tidak boleh mati," ucap sang gadis sambil memeluk erat tubuh pemuda yang sudah sekarat itu. "Aku tidak mengizinkanmu untuk itu," sambungnya sembari terisak pelan.

Si pemuda perlahan membuka matanya, dia menatap wajah cantik wanita yang sangat dia cintai, wanita yang selalu bertahta dihatinya. "J-jangan m-menangis, kau tidak lagi cantik," ucap si pemuda mengatakan hal tersebut dengan susah payah.

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut si pemuda, sang gadis menangis semakin keras, dia memohon dalam hati agar siapapun bisa menolong lelaki yang dia cintai.

"Bahkan jika jasadku berubah menjadi abu sekalipun, aku akan tetap mencintaimu," ujar si pemuda dengan susah payah, setelah itu dia menutup mata untuk selamanya.

Sang gadis hanya bisa menangis karena lelaki yang dia cintai telah mati dalam dekapannya.

Mikaila segera terbangun dari tidurnya, 'huh, mimpi itu lagi.' pikirnya dalam hati.

Nafas Mikaila memburu, dia tidak tau mengapa akhir-akhir ini sering sekali memimpikan hal yang sama berulang, bukan mimpi tentang akhir hidupnya yang bunuh diri karena disuruh minum racun oleh Carlos. Bukan.

Tapi mimpi ini nampak begitu berbeda, dia melihat dirinya bersama seorang pria yang tidak dia ketahui namanya, bahkan kini diapun lupa akan wajah si pria tersebut. Anehnya, Mikaila merasa bahwa mimpi yang dia alami ini begitu nyata.

Pria itu selalu memperlakukan Mikaila dengan begitu lembut, sering kali membisikkan kata cinta, dan mengucapkan janji bahwa sampai kapanpun dia akan selalu melindungi dirinya.

Dan saat melihat pria itu mati, jantung Mikaila seperti ditikam oleh benda yang sangat tajam, rasanya begitu sakit dan dia merasa tak terima.

Mikaila menghapus air mata yang jatuh ke pipinya, karena mimpi barusan tanpa sadar dia ikut menangis.

"Permisi Nona, hari ini adalah hari ulang tahun Lady Serena, apakah anda ingin datang ke pestanya?" tanya Marry yang baru saja datang berniat untuk membangunkan Mikaila.

Gadis cantik berambut pirang itu melirik ke arah pelayanannya. "Tentu, aku akan datang ke pesta ulang tahun Serena," jawab Mikaila seadanya.

Ini hal yang terpenting untuknya, jika banyak orang menyukai gaun yang dikenakan oleh Serena dalam pesta ini, Mikaila sangat yakin bahwa namanya akan naik.

"Baik Nona, saya akan menyiapkan segala kebutuhan anda," jawab Marry lalu setelah itu dia segera pergi.

Mikaila segera bangkit dari tempat tidurnya, dia harus segera mencari tau arti dari mimpinya selama ini, dan siapa juga pemuda yang muncul dalam mimpinya.

+++

Mikaila menatap malas pada tiga orang pemuda yang baru saja datang, siapa lagi memangnya kalau bukan Anhard, Xavier dan Casis entah apa yang mereka lakukan di mansionnya ini.

"Untuk apa kalian kemari?" tanya Mikaila sambil menatap tajam mereka semua.

"Saya ingin ke pesta ulang tahun Lady Serena bersama anda Lady," jawab Anhard lebih dulu.

"Apa? Kau pikir Lady Mikaila mau pergi bersama denganmu? Sadarlah Lady Mikaila hanya akan pergi denganku," ujar Casis pada Anhard. Dia sudah menatap lelaki itu tajam yang dibalas tak kalah tajam oleh Anhard.

"Tapi saya yang lebih dulu ke sini, dibandingkan anda," jawab Anhard sambil tersenyum ramah.

"Itu aku, bukan kau," balas Casis tak mau kalah.

"Lady Mikaila tidak akan pergi dengan kalian, tapi akan pergi denganku," ucap Xavier tiba-tiba, memotong ucapan Anhard.

Sedangkan Mikaila yang melihat perdebatan tak penting antara tiga pria itu kemudian menatap mereka tajam. "Apa kalian sudah selesai bertengkar?" tanya Mikaila dengan nada dingin. Tatapan Mikaila begitu menusuk sehingga membuat ketiga pria tampan itu menelan salivanya susah.

"Dibanding kalian ribut bertengkar dengan siapa aku pergi, lebih baik kita semua pergi bersama," putus Mikaila final.

Dia merasa bahwa ide itu lebih baik, dibandingkan mengulur-ulur waktu ke pesta perayaan seperti ini.

Dan ketiga pria itu hanya bisa menerima keputusan Mikaila secara lapang dada.



Hello guys, I'm back

Gimana part ini? Singkat ya? Sorry, aku lagi males ngetik banyakk.

Btw, karena kemarin banyak yang nyaranin buat GC WA, oke guys aku bakalan bikin. Kalau kalian mau, kalian bisa dm aku di wp terus kasih nomer dan nama kalian aku masukin GC deh. Di sana kita bisa sharing apapun.

Oke segitu, see you next chapter guys ❤️

The Cold Villains Lady ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang