9. Segitiga setan

3K 89 1
                                    

Tanpa pikir panjang Shea berlari sekuat tenaga, matanya fokus untuk mencari kamar 2113. Suara langkah kakinya mengundang pria pria tadi untuk cepat menemukan keberadaannya, maka tugas Shea sekarang hanya mencari letak kamar itu lalu semuanya akan jauh lebih baik.

Kakinya hampir menyentuh ujung lorong panjang, dan sekarang kekhawatiran Shea adalah bahwa dibalik tembok lorong sana sudah ada anak buah di pria tadi yang siap menghadangnya.

Matanya mencari cari pintu dengan nomor 2113 sedangkan kakinya tak bisa berhenti bergerak, nafasnya pun sudah habis rasanya. Derap langkah ramai semakin dekat bahkan derap langkahnya semakin jelas berasal dari mana.

Dengan mengurutkan nomor melalui setiap pintu yang ia lewati Shea langsung berjalan cepat mendekati pintu yang dia tebak sebagai pintu dari kamar 2113 dan untunglah tebakkannya benar. Dengan tergesa-gesa Shea mecari cardlock yang dimasukkan Derren tadi setelah mendaptkannya Shea langsung menempelkan card tersebut di kenop pintu.

Berhasil

Pintunya berhasil terbuka.

Dengan perasaan bahagia Shea langsung masuk kedalam kamar tersebut dengan tergesa-gesa bahkan Shea langsung menutup keras pintunya dan langsung cepat dikunci.

Badannya merosot lemas dibalik pintu, nafasnya masih tersengal, tangannya bergetar hebat bahkan keringat dingin mengalir ditubuhnya. Air mata nya tampak meluncur tampa permisi sehingga menimbulkan jalur basah dari mata hingga ke pipi halusnya.

Derap langkah kaki Shea dengar dari balik pintu ini, beberapa suara pukulan juga sempat membuat nya shock lagi. Dengan berhati hati Shea mencoba mengintip lewat lubang yang terdapat dipintu.

Sambil mengusap air matanya kasar Shea memperhatikan 5 orang pria yang menunduk takut lalu didepannya seorang pria lagi dengan kemeja peach sleveless dan terlihat kalung emas dilehernya namun karna posisi si pria tadi membelakangi pintu Shea tidak bisa melihat wajahnya.

"BRENGSEK, HANYA MENGURUS SATU PEREMPUAN SAJA KALIAN TIDAK BECUS" bentaknya

Suara bentakan tadi terdengar jelas ditelinga Shea bahkan detak jantungnya yang sudah normal berdetak ribut kembali. Berusaha menenangkan dirinya sendiri, Shea menjauhi pintu dan duduk di kasur Derren.

Tatapannya hanya fokus pada telapak kakinya yang terulur menggantung tanpa menyentuh lantai, beberapa luka serta lecet menghiasi kakinya padahal belum kering luka dipunggungnya luka baru datang lagi.

Sambil menunggu Derren dan Mbak Erin datang Shea mencuci kakinya yang lecet. Gausah ditanya perihnya kayak gimana.

Bosan menunggu Shea memutuskan buat merapihkan beberapa barang dan baju baju Derren yang berserakan. Wangi khas Derren menuhin seisi kamar hotel ini lumayan wanginya bikin Shea sedikit tenang.

"BRAKKK"

"Sheaaa"

Shea noleh ke arah pintu masuk kamar

"Mbakk" panggil Shea lega

"Kamu gapapa kan? Ada yang sakit ga?" Tanya Erin bertubi-tubi

Tanpa pikir panjang Erin meluk Shea yang masih duduk dipinggir ranjang. Elusan lembut juga Erin berikan sebagai penenang untuk Shea.

"Erin.... Shea gimana?" Kata seseorang dari pintu yang ternyata Derren

"Aman kok Ren" jawabnya sambil melepaskan Shea dari pelukannya

"Kamu ada yang luka ga?" Tanya Derren khawatir sambil natap Shea intens

"Gada kak cuma lecet doang" jawab Shea seadaanya

Asisten Seumur HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang