20. Gara-gara Kalila

2K 87 7
                                    

Hampir 1 jam berkendara dengan sistem ugal-ugalan si laki-laki bernama Kevin membawa mobil nya ke daerah pinggiran kota. Jauh dari kesan mewah bahkan disini tergolong perkampungan padat penduduk. Dibelakang sebuah gedung terbengkalai ada sebuah ruko yang lumayan ramai tapi tempatnya minim pencahayaan.

"Ikut saya, jangan kemana mana. Disini bukan lingkungan yang ramah dengan orang baru" ujar Kevin kasar.

Kevin menggendong Kalila dan Shea berjalan mengikuti Kevin.

"Sorry Boss, ni bocah ga bisa masuk" ujar 2 orang pria seperti preman menahan pundak Shea

"Bocah ini bawaan gua, aman bang. Gua pastiin dia ga macem-macem" ujar Kevin dengan napasnya yang ngos-ngosan.

Melihat keadaan Kalila yang bersimbah darah 2 preman tadi mengizinkan mereka masuk. Masuk ke dalam bangunan ruko tadi beberapa jeritan kesakitan Shea dengar riuh sampai tak sadar tangannya meremat ujung jaket yang Kevin pakai.

Shea menunggu di ruang tunggu yang disediakan, keadaan ruang tunggunya pengap hanya ada bangku sederhana dari kayu dan kursi plastik yang tersedia disana. Beberapa tatapan aneh Shea dapatkan dari beberapa orang yang berada disana. Ditempat untuk menunggu ini Shea melihat ada seorang perempuan dengan rambut panjang berantakan duduk sendirian dipojok ruangan sambil menundukkan kepala.

"Orang baru ya neng?" Tanya seorang laki-laki dengan penampilan yang kumal membuyarkan lamunan Shea

Shea mengangguk "iya pak"

"Hey" ujar Kevin

Shea yang pundaknya ditepuk pelan menoleh ke arah tepukkan itu berasal "Gimana kak keadaan Kalila?"

"Lagi ditanganin" jawab Kevin singkat

"Kak"

"Ini tempat apa?" Bisiknya pelan

Kevin melirik kanan kiri seperti memperhatikan keadaan ruangan ini "Klinik aborsi"

Shea terkejut bukan main. Hina rasanya kaki nya berpijak disini

"Udah malam. Biar gua jagain Kalila disini, lu bisa pesan Taxi online aja buat pulang" ujar Kevin sambil menyerahkan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribuan tapi Shea tolak.

"Jagain Kalila kak, makasi. Aku pulang dulu" pamit Shea lalu melenggang keluar.

Shea berjalan gontai menuju jalan besar didepan sampai tidak sengaja menabrak salah satu preman yang tadi menahannya.

"Weitsss... si cewek yang tadi" gumam seorang preman tadi

"Kita main dulu sebentar boleh lah cantik nanti kalo cantik positif kan udah tau tempat ini jadi gampang" ujar salah satu preman lainnya

"Brengsek" gumam Shea lalu menepis kasar tangan preman yang ingin menyentuh dagunya.

"Kalo yang cantik gini emang biasanya suka jual mahal bro, kalo udah ngerasain enaknya juga nanti minta nambah" sahut preman yg Shea tabrak tadi

"Saya bukan perempuan seperti itu" ujar Shea

"Ini buat abang-abangnya. Semoga cukup buat beli kopi sama rokok" sambung Shea sambil mengulurkan 2 lembar uang pecahan seratus ribu.

"Sok kaya nih bocah, sikat aja" ujar salah satu preman tadi sambil menarik kerah piyama Shea hingga beberapa kancingnya copot.

Karna tarikan kuat dikerah piyamanya Shea yang awalnya akan berlari sampai harus tersungkur ke tanah karna kuatnya tarikan dari si preman.

"Brengsek... saya bukan jalang" teriak Shea

"Tolong....." teriak Shea lagi

Disini ramai tapi tidak ada yang menolong Shea.

Asisten Seumur HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang