Moment Impact

290 19 4
                                    


Bruk!

Ben yang mendengar sesuatu menghantam lantai dari kamar yang dibelakanginya, segera berbalik dan membuka pintu kamar yang baru saja ditutup oleh Melissa. Ben terkejut saat mendapati Melissa terbaring di lantai kamarnya.

Tak sadarkan diri.

Ben panik dan segera mengangkat kepala Melissa ke pangkuannya. Wajah Melissa sangat pucat dan saat itulah Ben mengambil keputusan ingin membawanya saja ke rumah sakit.

"Nino! Nino! Cepet kesini, No!" Teriak Ben dari dalam kamar Melissa panik.

Nino yang mendengar teriakan Ben yang tidak biasa, segera berlari ke kamar Melissa.

"Apaan sih lo teriak-teriak kaya orang... loh? Astaga, Ben! Melissa kenapa? Lo apain?!" Tanya Nino beruntut saat tiba di kamar Melissa melihat kekasih sahabatnya tak sadarkan diri di ubin.

"Gak ada waktu buat jelasinnya! Sekarang lo cepet ke parkiran, bawa mobil gue, tunggu gue di loby! Kita ke rumah sakit sekarang!" Perintah Ben. Nino juga ikut panik saat mendengar Ben seperti itu. Dia segera menuruti perintah Ben untuk segera ke parkiran apartemen yang letaknya ada di basemen gedung.

Setelah melihat Nino bergerak cepat, Ben segera mengangkat badan Melissa yang lumayan tidak berat. Akibat kemoterapi yang Melissa jalani, membuat berat badannya selalu menurun sedikit demi sedikit. Ben mengangkat badan Melissa dan membawanya turun ke lobby. Sampai beberapa orang ikut membantunya mengangkat tubuh Melissa. Dia tak mempermasalahkan tatapan-tatapan orang yang ada di sekitar lobby. Saat di lobby menuju keluar pintu kaca gedung apartemen, Nino menyambut Ben dengan membantunya mengangkat tubuh Melissa ke dalam mobil Ben dan menutupi sebagian badan Melissa dengan jaketnya. Ben juga sangat berterimakasih kepada orang-orang yang membantunya tadi sebelum masuk ke dalam mobil.

Nino segera menyalakan mobil setelah Ben dengan Melissa di pangkuannya sudah berada dalam mobil. Mereka pun menuju rumah sakit dengan tergesa-gesa.

**

"Cepetan No!" Ujar Ben saat dia melihat Melissa yang merintih kesakitan lalu tak sadarkan diri untuk kedua kalinya.

"Iya iya! Lo mau gue secepat apa lagi?!" Ucap Nino juga tak sabaran. Hingga membuat beberapa mobil membunyikan klakson kepada mereka.

~~

Sesampainya di depan pintu unit gawat darurat, Nino segera keluar dari mobil dan meminta tolong kepada suster dan dokter yang ada disana. Melissa pun dibawa untuk diperiksa.

~~

Di ruang tunggu hanya ada kegelisahan yang dialami oleh Ben. Aura khawatirnya juga dirasakan oleh Nino yang kini duduk berseberangan dengan Ben. Dengan menutupi kedua wajahnya, Ben memikirkan berbagai macam potongan memori-memori yang membuat kekasihnya seperti ini. Ini karena ulahnya sendiri. Lebih tepatnya ini dikarenakan Amanda yang dengan sengaja melakukan hal itu padanya. Hingga dia terus menerus membersihkan lehernya yang sudah menjadi korban Amanda. Walaupun sebenarnya lehernya sudah bersih dari lipstick gadis itu.

Ben menghela napas khawatir. Dia hampir saja menangis di tempatnya sebelum Nino menghampirinya. Nino menepuk pundak Ben tanda dia juga bersimpati pada sahabatnya itu.

"Lo kenapa sampai kacau begini sih?" Tanya Nino kepada Ben yang notabene sahabat Ben yang sangat mengenal dirinya. Kini Nino duduk di samping Ben untuk menemani sahabatnya. Ben menoleh ke arah Nino dengan kedua bola matanya yang memerah karena menahan air mata agar tidak menetes.

"Gue gak tahu, No. Amanda sudah gue anggap buruk sekarang walaupun dia dulu sahabat kecil gue. Dia menjebak gue, No." Jawab Ben.

"Gue kira Amanda itu cewek baik-baik," ujar Nino sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar bilik resepsionis.

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang