"Why you're always next to me?"

970 20 0
                                    

Matahari sudah menampakkan dirinya di New York. Pagi ini, udara agak hangat dan perubahannya drastis. Yang awalnya dingin menjadi hangat.

Hari itu adalah hari pertama, Ben akan memasuki tahun ajaran pertama di kelasnya. Ben sudah mempersiapkan diri dan perlengkapannya untuk hari pertamanya itu. Di dalam kamarnya, Ben sudah berpakaian rapi. Kemeja putih lengan panjang dengan dasi hitam yang menggantung di kerah bajunya, sepatu kets hitam, membuat tampilannya menjadi sangat keren. Apalagi rambut hitamnya membuat mata coklat beningnya terlihat menawan. Ketampanan yang dimilikinya, pasti akan membuat Om Danu teringat akan Ayah Ben, Colin.

Dengan ketampanannya itu, pasti semua perempuan yang pernah bertemu dengannya, menganggap bahwa Ben adalah anak yang kaya, 'jutek', atau laki-laki yang 'playboy'. Tidak. Ben tidaklah seperti itu. Memang kenyataannya semua harta ayahnya diwariskan kepadanya, karena dia adalah anak satu-satunya. Tapi, dia menganggap bahwa harta yang dimilikinya tidak bisa membahagiakannya.

Ben sudah siap dengan pakaiannya yang rapi. Dia tersenyum ke cermin yang terletak di lemari pakaiannya. Setelah itu, dia pun mengambil tas ranselnya yang terletak di atas kasurnya, lalu keluar dari kamar asramanya menuju kelas pertamanya.

****

Di dalam kamarnya, Melissa sedang bercermin ria. Dia mengenakan dress berwarna kuning sampai lutut dengan rompi jeans yang hanya menutup sampai bagian sisi perut. Rambut pirangnya terurai panjang. Melissa yang sudah siap, mengambil tas ranselnya dan tidak lupa untuk mengambil jaket milik Ben yang menggantung, lalu keluar dari kamar asramanya.

Hari ini, wajah Melissa terlihat ceria. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang. Pikiran yang selalu membuatnya bahagia setiap harinya. Pikiran yang selalu membuatnya santai.

****

Hari itu, Ben memasuki kelas History. Kelas pertamanya untuk hari ini. Sebelum memsauki kelasnya, dia segera memperhatikan pakaian yang dikenakannya; Apakah rapi atau tidak?. Setelah dia menganggap pakaiannya rapi, Ben pun langsung memasuki kelas.

Saat memasuki kelas, Ben melihat kursi kosong yang terletak di samping jendela terbuka. Kursi di barisan paling belakang yang baginya terlihat nyaman untuk mencerna pelajaran. Ben dengan tas yang hanya digantungkan satu tali ke pundaknya itu, berjalan ke kursi yang dipilihnya. Dia pun duduk di kursi tersebut.

"Will she teach us today? (Akankah dia mengajari kita hari ini?)" kata salah satu pria berambut coklat, yang tubuhnya sama tinggi dengan Ben, berjalan dengan temannya lalu duduk di kursinya.

"Who? (Siapa?) " tanya temannya yang lain.

"Our teacher, of course! (Guru kita, tentunya!) " kata pria berambut coklat tadi.

"Why? (Kenapa?) " tanya temannya lagi.

"Because I heard that she was ill last night... (Karena aku mendengar bahwa beliau sakit malam tadi...)" jawab pria berambut coklat itu tadi.

Kedua pria bertubuh tinggi tadi pun terdiam sesaat, setelah seorang perempuan bertubuh langsing dan kaki yang jenjang memasuki ruang kelas itu. Dressnya berwarna kuning, menarik semua laki-laki yang ada di dalam kelas tersebut. Yap, Melissa.

Melissa dengan buku yang dia peluk, mendekati kursi yang masih kosong. Ben kaget saat dia melihat gadis itu duduk di kursi yang berada tepat di depannya. Melissa benar-benar tidak menyadari kalau Ben tepat berada di belakangnya. Duduk sambil memperhatikannya.

Shuitt... Shuitt...! Pria yang berambut coklat tadi bersiul seakan menggoda Melissa yang duduk berjauhan di sampingnya.

"Someone looks like happy today, (Seseorang terlihat seperti senang hari ini,) " kata pria berambut coklat itu.

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang