Smile For Me

837 10 0
                                    

****

Ben membuka pintu kamar Melissa yang tidak terkunci. Dia melihat seorang gadis yang tertidur lelap di atas kasur king sizenya. Wajah gadis itu kelihatan sangat lelah karena seharian menemaninya kesana-kemari.

'Entah kenapa, aku selalu ingin melihatmu tersenyum bahagia...' pikir Ben yang sekarang duduk di sisi ranjang, dekat dengan Melissa yang tertidur.

Ben tersenyum.

Dan terdiam sejenak, menatap keindahan wajah Melissa.

Lalu, menyelimuti gadis itu dengan selimut yang terletak di dekat kaki si gadis yang sedang tertidur.

"Good night..."

Canggung baginya saat mengatakan 'Good night' disaat matahari baru saja tenggelam di ufuk barat.

Ben pun meninggalkan gadis itu lalu menutup pintu kamar dengan hati-hati.

Ben berjalan ke arah Nino yang asyik duduk di sofa sambil memainkan playstationnya.

"Iya! Iyaa! Aduhhh...! Player sialan! Bola gue malah direbut..." oceh Nino sendiri sambil memainkan stick playstationnya sendiri. Ben pun duduk di samping Nino dengan wajah seperti orang yang banyak pikiran. Padahal, dia hanya memikirkan satu hal.

"Wahh... wahh... GOOOLLLL!!! Hahaha...!" teriak Nino di sampingnya, membuat Ben kaget luar binasa.

"SSSSTTTT!!!" Ben menatap tajam ke arah Nino agar dia diam. Nino menatap Ben bingung.

"Kenapa lo? Lo gak ikutan main?" tanya Nino.

Ben menghela napasnya.

"Gak. Lagi males..." jawab Ben dengan ekspresi biasa.

"Lo kenapa? Ha? Muka lo murung, kayak orang habis dipecat dari pekerjaan aja..." kata Nino seraya menghentikan game-nya lalu mulai berbicara kepada Nino.

"Gak tau, nih... Gue bingung sama perasaan gue ke Lissa," jawaban Ben membuat tatapan Nino berubah menjadi tatapan jahil.

"Hmmm..., ciiee.. yang lagi bingung sama perasaannya sendiri. Bilang aja kalo perasaan itu adalah perasaan cinta yang membahana..." kata Nino dengan wajah jahilnya.

Ben mendorong kepalanya.

"Isshhh... Apaan sih lo, No? Gue itu nganggap dia sebagai sahabat doang. Palingan dia juga menganggap gue sebagai teman atau sahabatnya..." jawab Ben tanpa menatap ke arah Nino.

"Enak banget lo main dorong-dorong kepala gue! Eh, kalo elo merasa ada perasaan 'cinta' sama Lissa, tunjukkin aja! Siapa tahu kalo lo nembak dia, dia juga jatuh cinta sama lo..." jawaban Nino membuat Ben terdiam sejenak.

'Tapi, apakah mungkin Lissa menerima gue?' batin Ben.

Ben pun bertanya kepada Nino dengan berpura-pura lugu, "Emangnya gue nanti 'nembak' Lissa pakai apaan? Heh?".

Nino menatapnya aneh.

"Pakai busurnya Spiderman!" jawab Nino juga dengan asal seraya menatap layar televisinya yang menampilkan game dari playstationnya.

"Hah?" Ben bingung.

"Eh, kampret! Emangnya Spiderman punya busur?" omel Ben.

Nino masih saja tidak menoleh ke arah Ben. Nino tahu persis kalau best bro-nya ini dulu menyukai tokoh-tokoh pahlawan Marvel. Namun, sekarang 'kesukaan'nya dia urungkan mengingat dia sekarang ingin fokus ke masa depan.

"Masa', lulusan Columbia bisa nyebut-nyebut 'kampret'? Lagian, ada kok, Spiderman punya busur! buktinya tadi gue bilang gitu..." jawaban Nino mendapatkan respon berupa;

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang