Unexpected Thing, Happen.

906 14 0
                                    

****

Ben yang sudah berganti pakaian sekarang duduk di samping Melissa yang asyik menonton televisi. Nino? Dia baru saja masuk kamar mandi. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam, di Jakarta.

"Judul filmnya apa?" tanya Ben. Dia tidak menatap layar televisi. Tetapi, menatap layar iPhone-nya. Entah apa yang dia lakukan dengan handphone kesayangannya itu.

Mata Melissa hanya tertuju kepada televisi flat yang ada di hadapannya,

"Judulnya 'Big Fish'..." jawabnya.

Ben langsung memandang layar televisi. Memang benar, Big Fish, film kesukaannya sepanjang tahun. Ben tersenyum saat melihat film itu lagi. Sungguh, bagi Ben, menonton film yang sama beberapa kali dalam setahun tidak membuatnya bosan.

"Kau suka film ini?" tanya Melissa dengan wajah manis dan polosnya menoleh ke arah Ben.

Ben mengangguk, "Yeah, sangat,".

"Kalau kamu?" tanya Ben lagi.

"Film ini sudah menjadi bagian hidupku. Aku sangat suka setiap adegan-adegan filmnya. Super romantic!" jawab Melissa tanpa memandang ke arah Ben.

Ben tersenyum mendengarnya.

Dia dan Melissa pun menonton film itu bersama.

****

Nino keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Dia hanya memakai handuk yang menutupi pinggang sampai ke lutut. Saat dia lewat di depan Melissa dan Ben dengan percaya dirinya, Melissa terkejut dan langsung menutup kedua matanya. Ben bingung dengan teman laki-lakinya itu,

'Anak ini emang gak punya malu...' pikirnya.

"Astaga, Nonet! Lo emang gak punya malu, ya..." kata Ben. Nino hanya berkerut kening.

"Kenapa? Eh, gue punya nama, kali. Gak usah dipanggil 'Nonet'! Gak enak di telinga, tahu gak?" kata Nino sambil berdiri di depan pintu dapur yang letaknya tidak jauh dari sofa dimana Ben dan Melissa duduk.

"Lo juga, kenapa manggil gue 'Ben-ten'? Nama gue Ben..." kata Ben dengan duduk di sofa. Melissa hanya menutup matanya sambil tersenyum.

"Oh. Nama gue Nino. Senang berkenalan dengan anda!".

"...Lo itu gak punya malu, ya? Ada cewek disini, lo malah keluar dari kamar mandi cuman pake handuk setengah badan doang lagi..." kata Ben.

"Mau gimana lagi? Kamar ganti kan disana..." kata Nino seraya menunjuk ke arah kamar ganti yang terletak di samping kamar Melissa 'Sementara',

"...sedangkan kamar lo deket kamar mandi," lanjut Nino.

"Hhh... ya udah, deh. Sana pergi! Awas lo, kalau keluar masih pake handuk!" suruh Ben.

Nino beranjak dari tempatnya berdiri. Baru beberapa langkah, Nino teringat sesuatu,

"Oh, iya, Ben. Tadi gue kasih kabar ke David kalo lo udah di Indonesia. Terus, katanya, kita diundang buat ngumpul bareng malam ini jam 8 di tempat seperti biasa. Lo masih inget, kan sama teman-teman 'seperjuangan' kita?" kata Nino, dia berdiri jauh di belakang sofa.

Ben berpaling ke belakang, melihat Nino dengan tatapan biasa.

"Masih, lah. Mereka, kan, teman gue..." jawab Ben.

"Teman gue juga, kali..." kata Nino.

"Oke deh, gue gak ada waktu buat berantem sama lo! Sana pake baju! Doyan banget lo gak pake baju..." ejek Ben. Nino hanya tertawa kecil lalu masuk ke dalam kamar ganti.

Ben pun kembali mengarahkan pandangannya ke layar televisi. Melissa, dia juga menatap layar televisi. Tetapi, jauh di dalam pikirannya, dia memikirkan satu nama,

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang