Struggling

217 13 8
                                    

Next to Me
• Struggling •

"Dhika?!" Teriak seorang gadis dari pertigaan lorong.

Membuat Ben dan Nino tentunya berpaling ke sumber suara dan mendapati seorang gadis yang kini sumringah melihat seseorang yang dia panggil menoleh juga.

"Citra?" Panggil Nino balik seraya kebingungan. Sedang apa gadis itu disini?

Citra berlari kecil menuju Nino yang sedang duduk-duduk sambil terheran-heran dengan kedatangan Citra. Setelah sampai di tempat Nino duduk, Citra juga ikut duduk di samping Nino sambil berkata dengan antusiasnya "Hai! Kamu ngapain disini?".

Nino masih saja heran. Apakah benar gadis yang ada di hadapannya ini adalah mantan kekasihnya yang membuatnya tak pernah berpindah-pindah ke lain hati sampai sekarang?

"Hmm.. eh iya.. ini cuman.. cuman nemenin Ben beli obat," jawab Nino salah tingkah dan ditambah lagi dia gugup setengah mati.

Ben yang melihatnya, ingin memanfaatkan kesempatan tersebut.

"Eh ada Ben juga ternyata? Apa kabar Ben? Oh iya, kemarin aku ketemu Om Danu di kafetaria perusahaan kakekku. Sekarang Om Danu kumisan ya?" Sapa Citra dengan polosnya kepada Ben yang berdiri di depan mereka.

Ben hanya tersenyum dan mengangguk, "Baik kok. Oh ya? Aduh, aku juga udah lama gak ketemu Om Danu. Soalnya dia sibuk banget,".

"Oh gitu ya. Kamu sakit? Kok obatnya banyak banget?" Tanya Citra lagi sambil melirik seplastik obat untuk Melissa yang diresepkan oleh dokter tadi. Nino hanya dapat melihat mereka berbincang bak teman lama.

Memang selama Citra dan Nino dalam suatu hubungan, Citra juga berteman baik dengan Ben. Pertemanan Citra dan Ben padahal sudah berlangsung lama sebelum Citra mengenal Nino. Mereka bertiga adalah teman satu kelas di SMA. Dan di sekolah menengah atas itulah, Ben berteman baik dengan Citra sebelum Nino tertarik untuk bersapa ria dengan gadis itu. Lalu, setelah dia merasa gadis ini menarik baginya, Nino pun mulai berkenalan dengan gadis manis yang dulunya murid pindahan dari Yogyakarta itu.

"Gak kok, aku gak sakit. Ini obat buat pacar aku," jawab Ben dengan nada bicara melemas. Kemudian, dia teringat oleh Melissa.

"Oh gitu. Sekarang dimana pacar kamu? Kok aku gak tau ya kalau kamu udah punya cewek, hehehe..." tanya Citra lagi sambil tertawa kecil.

"Hmm.. dia dirawat di rumah sakit ini. Mungkin Nino yang gak kasih tau kamu," jawab Ben. Nino hanya berkerut kening sambil berkata tanpa suara, lah kok gue?

"Duh maafin tingkah aku yang kelewatan ya.. Ya udah, moga pacar kamu cepat sembuh, ya Ben!" Jawab Citra prihatin.

Ben mengangguk sambil tersenyum, "iya gak apa-apa. Citra, aku jenguk pacar aku dulu ya. Sampai ketemu lagi!" ucapnya sambil berlalu. Meninggalkan Nino berdua dengan Citra yang duduk di ruang tunggu. Sebenarnya, Nino juga ingin beranjak dari kursi itu. Tapi, meninggalkan gadis ini seorang diri selagi antusias bertemu dengannya?. Itu akan sungguh keterlaluan bagi Nino.

"Nino, kemarin itu kenapa kamu kira aku Reza?" Tanya gadis berkulit putih ini kepada Nino.

Jadilah dengan suka hati, dia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Citra kepadanya.

Bak teman lama.

﹏﹏

Setelah Ben bertanya ke bagian resepsionis mengenai ruangan dimana Melissa di pindahkan, Ben sampai di dalam ruang inap Melissa yang telah Nino bayar sebelumnya. Hatinya tergores kembali. Melihat keadaan kekasih hatinya terbaring lemas di atas kasur putih dengan masker nebulizer oksigen menutupi hidung dan bibir tipis yang kini memucat. Di punggung tangan kiri Melissa terdapat jarum dan selang infus yang membantu cairan infus itu masuk ke dalam darah Melissa. Rambut pirangnya bahkan tak secerah seperti biasanya. Seolah-olah rambut yang sering Melissa sebut mahkotanya itu bahkan tahu keadaan Melissa yang sebenarnya sekarang. Di salah satu jari telunjuknya di bagian kiri, dijepitkan alat pendeteksi jantung yang terhubung langsung pada layar yang ada di samping kasur Melissa. Beberapa selang panjang juga tak luput dari balik baju pasien yang Melissa pakai.

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang