Hujan mulai turun. Dengan berat hati, Melissa kembali menutup kaca jendela mobil. Seperti hari-hari biasa, Jakarta macet. Taksi yang ditumpangi Ben dan Melissa seperti tidak ada pergerakan sama sekali. Maju, tidak. Mundur, juga tidak.
Melissa bingung. Dia jarang melihat kemacetan sepanjang ini. Ben juga seperti tidak sabaran. Tetapi, Melissa hanya berpasrah. Dia hanya turis yang tidak tahu apa-apa disini. Untuk menginap saja, dia tidak tahu. Melissa melirik Ben yang sedang gelisah. Sesekali, Ben melihat ke arah jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul 4 sore di Jakarta. Itu artinya, mereka sudah terjebak macet selama 2 jam.
'Bagus sekali!' pikir Ben lalu menggelengkan kepalanya.
Melissa yang sedang melihat Ben gelisah, juga lama-lama ikut gelisah.
"Kamu kenapa, Ben?" tanya Melissa.
Ben menoleh ke arahnya.
"Hmm... tidak apa-apa..." jawab Ben, "...hanya saja aku paling benci dengan namanya hujan dan macet. Ini udah jam 4 sore. Sedangkan kita belum makan dan sebagainya,".
Melissa yang duduknya agak dekat dengan Ben, memegang tangan dingin Ben.
"Sabarlah!" kata Melissa,
"...sebentar lagi, hujan pasti reda. Lagipula, aku masih menyimpan beberapa fruity candy, lho..." kata Melissa seraya mengeluarkan beberapa permen rasa buah yang dia makan di pesawat tadi dari dalam saku dress-nya.
"Here!" Dia memberikan permen dengan bungkus berwarna orange kepada Ben.
Ben mengambilnya, "Bagaimana kau tahu kalau aku suka dengan permen rasa jeruk?".
Melissa menatap Ben dengan tatapan bingung sambil mengemut permen yang ada di mulutnya.
"Aku tidak tahu kalau kau suka rasa jeruk," kata Melissa.
"Hmm.. benarkah?" tanya Ben dengan memberi tatapan menggoda. Satu alisnya terangkat dan dia tersenyum.
"Oh my God! Jangan beri tatapan itu, Ben Bryan! Itu membuatku ingin berlari keluar dari taksi ini sekarang juga. It's too cheesy, you know..." kata Melissa dengan tatapan mengancam. Lalu, berpaling menatap jendela mobil.
"Cheesy? Itu tidak 'cheesy'. Aku tahu kau menyukai tatapan itu, Carol. Haha..." kata Ben dengan berusaha untuk mendapat perhatian Melissa.
Melissa yang menahan tawa, masih berpaling dari Ben.
"No, aku tidak suka tatapanmu itu, Ben. Menjijikkan, kau tahu. Cheesy!" kata Melissa dengan menahan tawanya.
"Okay.. Okay.. Melissa 'Carrot'. By the way, terima kasih untuk permennya!" kata Ben seraya membuka bungkus permen itu kemudian melahap permen rasa jeruk itu.
Melissa langsung menoleh ke arah Ben dengan mulut tercengang.
"'Melissa Carrot'?" tanya Melissa dengan nada meningkat. Tapi, tetap saja gadis itu menahan tawanya.
"Aku punya nama, Ben Bryan. Dan namaku bukan 'Melissa Carrot'. My name is Melissa Carol!" kata Melissa menjelaskan. Dia tampak tersenyum lalu memukul lengan Ben.
Mereka lalu tertawa bersama.
"Sudahlah. Aku lelah..." kata Melissa lagi.
"Come here!" Entah kenapa, Ben merangkul gadis itu hingga kepala gadis itu menempel di dada bidangnya. Melissa berkerut kening. Ada perasaan gugup dan senang di pikiran gadis itu.
****
"Oke, ini tempat tujuannya..." kata sang sopir taksi. Membuat Melissa membukakan matanya lalu badannya duduk dengan santai lagi. Ben pun terkejut saat Melissa menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next To Me
RomanceBen Bryan, salah satu seorang mahasiswa yang terpilih untuk berkuliah di Universitas Columbia. Disana, dia bertemu dengan Melissa Carol, seorang gadis berasal dari New York yang sangat menyukai sejarah. Karena Ben, Melissa merasa tertarik untuk perg...