Next To Me

6.7K 32 3
                                    

"Ben, Liat nih!" kata Nino, sahabat Ben. Dia berlari mendekati Ben yang tengah asyik bermain Playstation-nya. Nino menyodorkan sebuah amplop yang sudah bercap stempel dari salah satu University di New York. Ben pun menghentikan aksinya lalu melihat ke arah Nino.

"Apaan nih?" kata Ben seraya mengambil amplop itu.

"Gue juga gak tahu. Kayaknya penting banget, deh!" kata Nino dengan wajah yang bingung.

Ben pun merobek bagian atas amplop.

"Eh, hati-hati bukanya. Takutnya nanti robek lagi isinya..." kata Nino.

Setelah Ben merobek bagian atas amplop itu, diambilnya kertas yang ada di dalamnya. Nino memanjangkan lehernya untuk melihat isi surat yang dibaca Ben.

Bla bla bla bla, Ben membaca surat yang isinya berupa kalimat-kalimat bahasa Inggris.

Tiba-tiba...

"YEAAAAA....! Hahaha...!" teriak Ben. Nino tersentak kaget saat sahabatnya itu berteriak seakan berteriak di telinganya.

"Gile lo! teriak jangan di telinga orang, dong!" kata Nino sambil menutup salah satu telinganya.

"Hehehe... sorry, No. Gue lagi senang nih..." jawab Ben.

"Senang? Ada apa, sih? Ada kabar tentang kucing tetangga melahirkan lagi, eh?" kata Nino.

"Ya, nggak lah!"

"Terus?"

"GUE DITERIMA DI COLUMBIA UNIVERSITY!! WOHOOO...!!" teriak Ben kesekian kalinya.

"Yang bener?" kata Nino.

Ben hanya mengangguk sambil meremas-remas kertas yang ada di tangan kanannya akibat terlalu senang.

1 minggu kemudian...

"Hati-hati disana, ya Ben!" perintah Om Danu kepada Ben.

Om Danu adalah seorang Om yang juga berperan sebagai ayah Ben. Karena sejak berumur 15 tahun, Ben sudah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya akibat kecelakaan mobil yang menimpa mereka hingga kedua orangtua Ben tewas di tempat kejadian.

"Sip, Om! Ben akan hati-hati, kok. Tenang aja!" kata Ben sambil melambaikan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menyeret koper yang berisi semua perlengkapannya di New York nanti. Ben segera menaiki pesawat yang akan take-off menuju New York.

Beberapa jam flight menuju New York dan beberapa kali transit, akhirnya Ben Bryan tiba di bandara Internasional New York. Ben segera memanggil taksi yang ada di sekitar bandara.

"What's your destination, sir?(Apa tujuan anda, pak?)" tanya sopir taksi itu setelah Ben memasuki mobil taxi.

"Hmm... Wait in second!(Hmm... Tunggu sebentar!)" Ben segera mengeluarkan kertas yang disana bertuliskan '535 W 116th Street #211, New York, Columbia University'.

"To 535 W 116th Street number 211, please!" kata Ben.

"Oh, you are Columbia's student, aren't you?(Oh, anda mahasiswa di Columbia, ya?)" tanya sopir taksi.

"Well, yeah..." Ben mengangguk.

"Congrats, young man!(Selamat, anak muda!)" kata sopir taksi itu seraya menancap gas dan melaju ke arah yang dituju.

"Thanks, sir!" kata Ben.

Ben Bryan termasuk anak yang cukup pintar. Dia pandai berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia. Ben termasuk anak yang cukup populer di salah satu SMA-nya dulu. Bukan hanya pintar, Ben yang berambut hitam, juga memiliki wajah blasteran Indonesia-Canada. Dia mewarisi wajah tampan milik ayahnya dan mewarisi kepintaran dari ibunya.

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang