Spend The Day With Her

900 14 1
                                    

****

Pagi itu, sangat cerah. Cuaca di Jakarta berawan seperti biasanya.

Ben sudah terbangun dan keluar kamar dengan rambut hitamnya yang acak-acakkan. Dia melihat temannya Nino tertidur pulas di atas sofa, sampai-sampai dia belum berganti pakaian. Masih mengenakan sepatu dan kemeja, juga jeans-nya.

Ben pun berdiri di samping sofa, untuk membangunkan Nino.

"Nino! Nino!"

"Nghh..." Nino bergelayut di atas sofa.

"Bangun! Lo hari ini ada kerjaan, kan?" kata Ben dengan kaus hitamnya dan boxer sampai lutut.

"Nghh... iya... tunggu lima menit lagi," kata Nino dengan malasnya. Ben pun tidak memperdulikan perkataan Nino. Dia pun berjalan menuju pintu kamar yang di tempati Melissa.

Ben berniat untuk membangunkan teman perempuannya itu. Ben pun memegang gagang pintu itu. Namun, pintunya sudah agak terbuka sedikit, Dia berkerut kening.

Tanpa pikir panjang, dia membuka pintu itu dengan pelan. Saat dia membuka pintu, dia melihat Melissa yang sedang menyisir rambut pirangnya. Gadis itu tidak melihat Ben karena posisinya yang sedang membelakangi Ben. Melissa bersenandung, menyisir rambut pirangnya yang terurai dan matanya menatap keluar jendela.

Ben yang masih berdiri di samping pintu, melihat sebuah keindahan yang dipancarkan oleh Melissa. Ben tersenyum sendiri saat Melissa bersenandung indah. Jantung laki-laki itu dag-dig-dug. Melissa mengenakan kaus bertangan panjang cream yang bergambar 'moustache' di depannya dan jeans pendek beberapa centimeter dari lutut, membuat gadis itu tampak rapi di pagi hari.

Ben yang sedang memandanginya dengan terkagum-kagum, tidak menyadari kalau gadis itu berpaling ke belakang, mendapatinya berdiri di samping pintu yang terbuka.

"Morning, Ben!" sapa Melissa seraya tangannya masih menyisir rambut pirangnya itu.

Ben terkejut dan menjadi salah tingkah, "Hmm.. Morning!".

"Kau sudah mandi?" tanya Melissa yang masih berdiri di dekat jendela.

"Belum. Hehe..., kalau kamu?"

"Ya, aku sudah mandi tadi pagi..."

"Oke, deh. Kalau gitu kamu siap-siap, ya?" kata Ben.

"Siap-siap?" Melissa berkerut kening.

"Iya, aku ingin mengajakmu ke beberapa tempat hari ini..." jawab Ben dengan wajahnya yang merah padam, salah tingkah, maksudnya.

"Okay. I'll be prepare..." kata Melissa. Ben pun tersenyum lalu keluar dan menutup pintu kamar tersebut.

****

Ben dan Melissa sudah berada di perjalanan. Entah kemana Ben akan membawa Melissa.

"Nino tidak ikut?" tanya Melissa seraya duduk manis di dalam mobil. Dia mengenakan Tank Top berwarna hitam, dilapisi dengan baju yang agak kebesaran berwarna putih. Jeans pendek 5 centimeter dari lutut, membuat kaki Melissa terlihat jenjang bak model terkenal. Kulitnya putih asli dari gen ayahnya, membuat gadis itu terlihat sangat cantik. Kali ini, dia mengepang rambutnya menjadi 2 buah kepang. Melissa sangat terlihat seperti 'gadis pedesaan modern dari New York'.

"Tidak. Dia ada bisnis dengan pekerjaannya..." kata Ben yang masih menyetir.

Melissa hanya mengangguk, mengerti.

****

Melissa dan Ben sudah sampai di salah satu pasar yang teramai di Jakarta. Ben memakirkan mobilnya di tempat parkiran yang sudah tersedia.

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang