Sweet Things After Nightmare

1.1K 23 0
                                    

Ben pun masuk ke dalam kamar asramanya, melepas sepatu kets-nya, melepas jaket jeansnya, kemudian langsung merebahkan diri ke kasur empuknya. Setelah mengalami letihnya Pesta Perkenalan itu, Ben tak sadar langsung tertidur...

Flashback...

Ibu Ben sedang membuat pancake di dapur. Sedangkan Ben yang masih berusia 15 tahun, sedang duduk manis sambil memakan sarapannya yaitu pancake bertopping madu dan ice cream vanilla. Suasana di ruang makan sepi. Tak beberapa lama, ayah Ben yang memakai setelan hitamnya mendekati anak kesayangannya yang sedang sarapan. Ayah Ben, dengan dasi yang belum terikat, mengacak-acak rambut anak kesayangannya itu. Ben hanya tersenyum saat melihat ayahnya melakukan itu. Ben tahu, pagi itu, ayahnya menyayanginya setiap saat. Begitu juga dengan ibunya.

"Good Morning, Ben-Ben!" sahut ayahnya.

"Morning, Dad!" balas Ben.

Ayah Ben pun langsung mendekati istrinya yang sedang asyik memanggang pancake. Kemudian tangan kanannya memeluk pinggul istrinya, sedangkan tangan kirinya memegang dasi yang belum terpasang.

"Morning, sunshine!" sapa ayahnya kepada istrinya seraya mengecup pipi kanan istrinya lalu berusaha mengikat dasi yang sedari tadi belum terpasang.

"Morning! Sini, biar ibu bantu!" kata Ibu Ben, menawarkan untuk membantu memasangkan dasi.

Keluarga kecil itu tampak harmonis dan terlihat bahagia setiap pagi. Mata coklat bening Ben sedang menatap kemesraan orang tuanya yang masing-masing saling menggoda lalu tertawa bersamaan. Ben yang melihatnya tersenyum, tangannya masih menggerak-gerakkan garpu. Ben menatap dalam-dalam kebahagiaan orang tuanya.

Dan tanpa dia sadari, kebahagiaan orang tuanya itu lah yang akan menjadi memori terakhir mengenai orang tuanya.

Setelah dasinya terpasang, ayahnya langsung duduk dan melahap pancake bertopping madu yang ada di hadapannya. Tanpa mengulur waktu lagi, Ben, ibu dan ayahnya sudah berada di mobil. Ayah dan ibunya bekerja di salah satu perusahaan yang dimiliki oleh Om Danu. Ayahnya mendapat gaji lumayan karena bekerja di bidang manajemen perusahaan bersama Om Danu dan ibunya bekerja sebagai karyawan disana.

Setelah mobil berhenti di depan gerbang sekolah menengah pertamanya, Ben bergegas keluar mobil dan turun. Berjalan pelan memasuki gerbang SMP-nya sambil menoleh sebentar ke arah orang tuanya yang masih di dalam mobil, memandangi Ben seraya melambaikan tangan mereka.

"Bye, Ben! Baik-baik di sekolah, ya nak!" pinta Ibunda yang sangat disayanginya itu seraya masih melambaikan tangan dari dalam mobil.

Ben membalasnya dengan tersenyum palsu dan juga melambaikan tangan kanannya. Entah kenapa, di pagi itu, Ben merasakan sesuatu yang tidak enak saat dia masih memandangi kedua orang tuanya. Ingin rasanya, dia tidak mau turun dari mobil itu. Tapi, Ben tidak bisa. Dia menganggap bahwa itu hal yang wajar, yang pernah dirasakannya saat pertama kali memasuki sekolah menengah pertama.

Kedua orang tuanya pun pergi menuju salah satu gedung perusahaan yang terbilang cukup sukses untuk bisa berinvestasi. Ben pun segera memasuki sekolahnya dengan perasaan yang tidak enak dan wajah yang murung.

Krriiinggg....!

Bel istirahat pertama, berbunyi.

Murid-murid yang rupanya kelaparan dari tadi pagi, berhamburan keluar kelas dan menuju kantin. Ben dengan bekalnya, berjalan menuju kantin. Ben mempunyai alasan tersendiri kenapa dia selalu membawa bekal untuk istirahat. Terkadang, Ben mendapat ejekan kasar dari anak seumurannya karena menganggap Ben sebagai anak manja.

"Hai, Ben! Hari ini kamu membawa bekal apa?" suara manis terdengar dari samping Ben.

Yap, Ben tidak selalu sendiri. Dia selalu ditemani oleh sahabatnya yang dikenalnya semenjak hari pertama masuk sekolah menengah pertama.

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang