When Your Biggest Fear Comes

760 13 0
                                    

******

Sesampainya di parkiran khusus pengunjung apartemen, Melissa dan Ben turun dari mobil. Ben sudah berjalan keluar halaman parkir itu terlebih dahulu. Sedangkan Melissa, dia merasakan nyeri di punggungnya lagi. Namun, kali ini cukup sakit. Dia berdiri di samping mobil Ben dan berusaha agar tidak terlihat oleh Ben. Dia terus saja memegang punggungnya yang entah kenapa tiba-tiba terasa sakit.

Setelah dia merasakan sakit itu berkurang, Melissa pun melanjutkan langkahnya keluar halaman parkir. Dia berusaha agar berjalan di samping Ben. Lalu, mereka pun sampai di depan lift yang berada di lantai dasar.

Tak beberapa lama, datanglah seorang perempuan berambut panjang sampai siku yang pernah ditemui oleh Nino beberapa hari yang lalu. Dia berdiri tepat di samping Ben dengan blazer warna abu-abu dan tas Channel berwarna coklat yang menggantung di salah satu lengannya, menunggu lift juga rupanya.

Tiiinggg...!

Lift pun membuka. Beberapa orang ingin berebut masuk. Begitu juga dengan Ben, Melissa dan perempuan tadi.

Saat Ben dan perempuan itu ingin masuk bersamaan, perempuan itu tak sengaja menabrak badan Ben sehingga membuat perempuan itu terdorong ke samping.

Dengan gesit, Ben menangkap badan perempuan tadi agar tidak jatuh ke samping. Membuat tatapan mata mereka bertemu. Melissa hanya berdiri di belakang, melihat kejadian itu. Sedangkan lift yang tadi membuka, tertutup dan naik, meninggalkan mereka bertiga.

Ben yang masih saja memegang badan perempuan itu, segera melepas pegangannya yang tadi melingkar di pinggang perempuan itu. Perempuan itu pun berdiri tegak dan sekali lagi melirik ke arah Ben. Seakan mengenali laki-laki itu, perempuan itu hanya tersenyum.

"Terima kasih!" ucap perempuan itu seraya tersenyum kepada Ben.

"Iya, maaf..." jawab Ben.

Mereka pun saling bertatapan. Melissa hanya berdiri di belakang Ben, melihat kecanggungan itu.

Perempuan itu seakan pernah mengenalnya. Ben juga seakan pernah melihat mata kedua mata yang dimiliki perempuan itu.

Dan alhasil, perempuan itu hanya menebak,

"Kamu... Ben, ya?" tanya perempuan itu seraya menunjuk ke arah Ben.

"Hmm... Iya..." kata Ben serasa tidak yakin.

Senyum perempuan itu pun mengembang.

"Ini gue! Amanda! Teman sekaligus sahabat lo waktu SMP!" kata perempuan itu yang ternyata adalah Amanda.

Ben pun teringat lagi wajah Amanda saat SMP dan sekarang dia benar-benar ingat.

"Ohh... Hahaha... Maaf gue rada-rada lupa, soalnya. Wahh! Ternyata lo udah gede, ya?" kata Ben dengan ramah.

Melissa hanya tersenyum ganjil melihat mereka saling berpelukan layaknya sahabat yang baru saja bertemu.

"Oh, iya. Nih, kenalin..." kata Ben seraya berpaling ke belakang menghadap Melissa lalu melingkarkan lengannya ke pinggang Melissa.

"Ini Melissa Carol, sekarang dia resmi jadi pacar gue..." kata Ben dengan senyum yang ramah.

Amanda agak terkejut dengan kalimat Ben yang terakhir.

Amanda dan Melissa pun berjabat tangan dengan canggungnya.

"Amanda!"

"Melissa!"

Melissa, Ben dan Amanda pun menjauh dari depan lift dan berjalan menuju loby dan duduk di sofa yang sudah tersedia di loby itu.

"Jadi, lo tinggal disini?" tanya Ben yang duduk di samping Melissa.

Next To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang