"gue gak ngerti deh." ujar jeongin yang langsung dilirik keempat temannya.
"apanya?" tanya wonjin .
"orang yang tadi padahal wajahnya itu kaya malaikat, tapi hatinya udah kaya iblis aja."
"sama, kita baru liat aja wajahnya.." tambah hyunsuk.
"dia punya dimple ya? gue jadi inget abang gue." tambah beomgyu.
"masasih? kak byungchan?" tanya hyunsuk sedikit memiringkan kepalanya.
"hooh, lo gak liat apa?"
"gue juga punya btw!" ucap jeongin yang kini tersenyum dan mendekat dekatkan tubuhnya kedekat beomgyu.
sementara itu beomgyu hanya memutar bola matanya malas.
"sahi lo tadi kenapa sih? mau mati di kremasi disana?" tanya wonjin mendekati asahi.
"gue penasaran."
"lain kali dipikir dulu kalau ngomong!" tambah jeongin.
"maaf."
"jadi gimana rencananya?" tanya wonjin.
"hyunsuk aja dia pakar backstreet." usul beomgyu cengengesan.
"kalau sukses pasang ac ya engap." ujar asahi kemudian merebahkan dirinya di sofa.
mereka memang mempunyai markas tersendiri awalnya sih tempat berkumpul karena bosan namun karena sudah masuk kedalam kelompok the stealer akhirnya tempat yang adalah peninggalan nenek wonjin dijadikan sebagai tempat merangkai rencana.
ini adalah misi pertama yang mereka dapatkan setelah 4 bulan bergabung. berbeda dengan zeroline yang tugasnya adalah mencuri tanpa meninggalkan jejak.
mereka yang di beri nama oneline bertugas membereskan kekacauan tanpa meninggalkan jejak.
"gimana kalau terlihat seperti bunuh diri?" usul hyunsuk.
"classic." gumam asahi yang masih memejamkan matanya.
"tapi boleh juga." ujar wonjin.
"gue juga setuju." tambah jeongin.
"di modif aja gimana?" saran beomgyu.
"maksud lo?" tanya hyunsuk kemudian mendekat ke dekat beomgyu yang duduk nyender di depan kulkas.
"kita buat seolah bunuh diri tapi juga terlihat seperti dibunuh."
"lo gila? percuma dong. kalau kita ketangkep gimana?" tanya jeongin.
"ya kerjanya yang bener jangan sampe ninggalin bukti." jawab beomgyu sedikit ngegas.
"buat dia bunuh diri karena depresi aja?" usul asahi.
"kata lo tadi classic." sindir wonjin sambil memonyongkan bibirnya.
"suka suka gue!" delik asahi.
"setau gue dia asisten kim younghoon ya?" tanya hyunsuk.
"iya kali."
hyunsuk tersenyun miring kemudian menatap aneh kearah teman temannya. beomgyu, jeongin dan wonjin yang mengerti juga ikut tersenyum tipis.
asahi yang merasa aneh dan tidak mengerti menatap keempatnya heran.
"kenapa kalian? cacingan?"
"ih si bangsat." umpat wonjin dan jeongin.
"udah sekarang bagi tugas, jeong sama sahi belanja alatnya!" perintah hyunsuk.
dan mereka pun mengangguk setuju.
"terus elu gyu sama dower ngintai rumahnya." tunjuk hyunsuk.
"apaansi njing dowar dower." misuh wonjin tidak terima.
"terima aja kenape bibir lo emang gede." tambah beomgyu cengengesan.
"sisanya gue akan memeriksa hubungannya dengan atasannya. sekalian ngumpulin bukti." ujar hyunsuk lagi.
mereka menatap satu sama lain kemudian mengangguk. "baiklah malam ini akan sangat menyenangkan."
"hyunsuk! hati hati."
jacob berlari mencari hyunjae untuk mengatakan sesuatu. karena hyunjae tidak ada di kantor polisi akhirnya dia memilih untuk menelponnya saja.
setelah tersambung diapun menyuruh hyunjae untuk segera menemuinya. dan hyunjae setuju, rencananya mereka akan bertemu di sebuah mal yang cukup terkenal.
hyunjae yang akan menyalakan mobilnya terkejut saat mendengar suara ponselnya berdering lagi. kali ini bukan jacob melainkan juyeon.
"kenapa juy?"
"jae lo dimana?"
"ada apa gitu????"
"jae tentang kancing yang gue temuin di rumah pak chanhee itu.. setelah di periksa ternyata itu milik.."
"milik siapa??" tanya hyunjae penasaran karena juyeon menggantung kalimatnya.
"milik kim younghoon. gue udah tanyain sama butik nya langsung dan katanya kancing itu emang di desain khusus, jadi gak semua orang punya kancing serupa."
"yang bener? apa maksudnya dia yang membunuh-"
"bukan!"
"lalu?"
"begini hyunjae, lo jangan terkejut. sebenarnya di pisau yang digunakan sebagai alat membunuh ada sidik jari jacob."
"jacob?!?!?!?" tanya hyunjae sedikit menaikan suaranya.
"hmm, jae! pokonya hati hati sama dia, oh iya haknyeon bilang sama gue akhir akhir ini sikapnya aneh."
"baiklah, tapi juy lo udah nemuin kepala tim? katanya lo nyari catetan itu??"
"belum, gue sama haknyeon sibuk ngurusin kasus ini."
"ah begitu."
"yasudah hyunjae, gue tutup dulu."
"hmm."
setelah telpon tersebut benar benar terputus, hyunjae berfikir sebentar.
"apa benar jacob pelakunya..?"
selama ini kasus yang ditangani juyeon tidak pernah gagal, semuanya selalu terpecahkan. itu sebabnya kali ini tim mereka diberi kasus menyelesaikan pencurian itu.
juyeon tidak pernah salah menuduh orang, setiap apa yang akan dia katakan pasti dia akan berfikir beberapa kali terlebih dahulu.
karena prisnsipnya itu adalah bahwa perkataan tidak bisa ditarik kembali.
hyunjae menghembuskan nafasnya gusar. dia tidak tahu harus percaya jacob atau juyeon. mengingat jacob meminta menemuinya perasaan hyunjae sedikit tidak tenang.
"mana yang harus gue percaya?"
"juyeon atau jacob?"