tok, tok, tok.
jeongin mengetuk pintu rumah seseorang dan setelah dibuka dari dalam jeongin tersenyum menatap pria itu.
sekarang ini jeongin tengah menyamar sebagai seorang pengantar pizza. kebetulan kevin memesan tadi, jadi mereka berlima membius pengantar pizza yang asli dan jeongin menjadi gantinya.
"oh udah dateng."
jeongin mengangguk setelah menyerahkan kotak pizza tersebut kemudian dia menjalankan rencanannya dengan pura pura pingsan.
"loh loh??? kau baik baik saja??" tanya kevin panik.
"aduh kenapa pingsan disini sih." gerutu kevin yang kemudian menghampiri jeongin.
"maaf kak, sepertinya saya kecapean..." jawab jeongin pelan.
"yasudah masuk dulu."
setelah jeongin dan kevin masuk kedalam rumah, keempat temannya tersenyum kemudian satu persatu mulai menyelinap.
"saya akan duduk disini saja, silahkan kakak makan saja." ucap jeongin.
kevin mengangguk dan kemudian menyuapkan satu potong pizza kemulutnya.
"bodoh, padahal aku sudah menambahkan sesuatu ke dalamnya." batin jeongin.
lima menit jeongin disana sambil terus memperhatikan kevin yang perlahan mulai terlihat pucat. apalagi dia bilang kepalanya sakit.
"kak saya pamit." ucap jeongin membungkuk.
"ah baiklah, maaf saya tidak bb-"
BRAK!!
kevin terjatuh dan jeongin menampilkan senyuman misteriusnya. teman temannya yang lain juga mulai mendekat kesana.
wonjin langsung mencari ponselnya kevin dan sibuk mengotak ngatiknya. lalu asahi mulai mengeluarkan suntikan itu dan menyuntikannya di leher kevin.
beomgyu mengerutkan keningnya, "sahi lo gila??"
asahi melirik kearahnya "apa?"
"jangan ninggalin jejak bodoh!!"
"diem aja kalo gak tau!" decak asahi malas.
"suk!! liat si sahi tuh!!" gerutu beomgyu kesal dia ngadu sama hyunsuk yang saat ini sedang memasang tali.
"udah gyu, lo lupa tugas lo?" ujar jeongin.
"arghhh bangsat!!"
"cepetan tinggal 10 menit lagi." gumam hyunsuk yang kemudian turun. "sahi, jeong bantu gue angkat dia."
beomgyu langsung mengambil note buku dan segera menulis dengan tulisan yang sama percis dengan kevin.
"udah beres!" ujar wonjin
"bagus. jadi kemungkinan besar polisi akan curiga kalau dia ngeracunin dirinya terus gantung diri!" ujar hyunsuk tersenyum simpul.
"wahh gue gak percaya kita ngelakuin ini!" gumam jeongin geleng geleng. "tapi ini menyenangkan juga."
asahi menghembus kan nafasnya lalu menatap karya yang telah mereka kerjakan. "kapan kapan di ukir ya.." ujar asahi pelan.
"ayo kita pergi! suratnya gue simpen di sini ya?" ucap beomgyu.
"nice tepat jam 11 pas."
"wah gak butuh satu jam rupanya."
pukul 12 lebih beberapa menit hujan turun dengan sangat deras, seseorang mengambil jas hujan berwarna hitam miliknya.
dia membuka pintu rumahnya dan melangkah keluar, seringai di wajahnya terlihat. suara gemuruh dan petir terdengar jelas diluar sana.
saat tiba di tempat tujuannya orang itu berhenti tepat disebuah rumah yang terlihat kumuh. lingkungannya juga tidak kelihatan aman sama sekali.
apa karena yang tinggal disini hanya orang orang yang tidak memiliki pekerjaan? atau karena biaya sewanya yang murah? entahlah.
orang itu masuk kedalam rumah itu lebih tepatnya menyelinap. hujan masih turun deras begitupun dengan petir yang masih terdengar.
setelah berada di dalam kamar seseorang dia melihat orang itu tengah tertidur lelap didalam gulungan selimutnya. dia berjalan secara perlahan dan...
jlebb!
pisau yang dia pegang tertancap tepat di perut pria yang sedang tidur. orang itu terbangun dan membelakan matanya "lo??? apa yang-"
"diam!! lo seharusnya diam saja." bisiknya tepat di telinga orang yang kini darahnya sudah menyebar di seluruh kasurnya.
saat dia membuka selimbutnya orang ini tidak berhenti dari situ dia mulai kembali menusukan pisaunya ke bagian bagian tertentu dan membuat darah yang keluar semakin membanyak.
"lo akan menyesal!"
"tidak!! gue gak akan menyesal telah membunuh seorang pembunuh!"
"bajingan!!!" ringis orang itu yang kini tengah kesakitan setengah mati.
"lo kan yang membunuh supir taksi itu benar??"
"DASAR BRENGSEK LO PERACAYA SAMA DIA?? BODOH!!!!!"
"enyahlah!!!!!!!!!!!!!"