"gue harap lo ngambil pilihan yang bijak."
ucapan jacob terus terdengar di telinganya hyunjae, kini dia berada di sebuah bar hanya untuk menangkan dirinya. sebenarnya dia sedang bingung sekarang.
dia baru tahu kalau adiknya eric ikut kedalam pencurian yang sedang dia tangani. hyunjae harus bagaimana? bisakah dia menyerahkan adiknya, sedangkan baru kemarin mereka berbaikan.
hyunjae meneguk kembali minumannya saat dia mulai memikirkan masalah tersebut. dia menyalakan ponselnya, dan melihat wallpaper dirinya dan eric saat dia masih smp dulu.
"bunda.. aku harus bagaimana...?" gumamnya yang kemudian menundukan kepalanya sampai mengenai meja.
disisi lain oneline sedang menjalankan misi pertama mereka. hyunsuk sudah berhasil mengumpulkan bukti bukti dengan siapa kevin bertemu.
lalu jeongin dan asahi juga sudah menyelesaikan pekerjaanya. tinggal satu hal lagi yang harus mereka beli sebelum berkumpul.
"sahi lo yang masuk, gue tunggu disini."
"lu aja!"
"ih di apotek ini ada bibi gue, kalau ketauan kan bisa bahaya."
"ck, alesan." gerutu asahi yang berjalan memasuki apotik terssebut namun sesaat kemudian berbalik lagi.
"beli apa?"
"obat bius."
"berapa?"
"dua, apa tiga ya? dua aja deh. eh iya sahi!! sekalian sama suntikannya."
wonjin menatap beomgyu yang berdiri disebrangnya. kemudian dia melihat jam tangannya ternyata ini sudah cukup malam. tidak terasa juga mereka mengintai sampai jam 10 malam.
"heh jabrig!" ujar wonjin sambil berjalan mendekati beomgyu.
beomgyu yang saat itu sedang memainkan game di ponselnya hanya mendengus tidak peduli. lalu menyibak rambutnya yang sedikit gondrong kebelakang.
"udah lama kita disini dan dia gak pulang pulang. gue udah bosen dicium mulu sama nyamuk." gerutu wonjin dengan wajah yang cemberut.
"makanya pake autan!" ujar beomgyu tanpa memalingkan pandangannya dari ponselnya itu.
"bau."
"yaudah jangan ngeluh."
"balik aja yu??"
"gila apa, tunggin aja bentar lagi juga pulang."
"ck, btw hotspot dong."
"hadeh gak modal. yaudah sambungin aja."
wonjin langsung mengecek ponselnya lalu sedetik kemudian dia mengerutkan alisnya, "kok pake sandi sih?"
"tanggal lahir gue! masa kagak tau."
"lupa 2001 bulan apa? tanggal berapa?"
"wah benar benar teman bangsat...." ujar beomgyu geleng geleng, namun kemudian wonjin membekap mulutnya.
beomgyu melotot kaget kemudian menggigit tangan wonjin, "cuih bau!"
"diem nyet, kayanya dia baru pulang." gumam wonjin sambil sedikit mengintip.
beomgyu juga ikut mengintip dan melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 10.17 mereka berdua melihat jelas kalau pria itu baru saja masuk kedalam rumahnya.
"cepet kabarin yang lain gyu!" ucap wonjin dan beomgyu hanya mengangguk kemudian mengetik pesan di ponselnya.
10 menit berlalu kini ketiga temannya yang lain telah datang. beomgyu dan wonjin melambaikan tangannya memberi tanda kalau mereka berada disini.
"jam?" tanya asahi.
"10.27 tapi dia beneran tinggal sendiri kan??" ujar hyunsuk.
"iya." angguk wonjin.
"jeong udah beli obatnya?"
"gue bagian leher." ujar asahi.
"usahain nyuntiknya jangan dibagian yang mudah dilihat." ujar hyunsuk dengan nada serius dan asahi mengangguk.
"di gantung atau nggak?" tanya beomgyu.
"gue udah beli tali loh??" ucap jeongin.
"yaudah berarti atas kan?"
semuanya mengangguk setuju.
"pertama gue sama beomgyu dan asahi diluar dulu. jeong lu yang kedalem ingat skenario kita kan?." ujar hyunsuk.
jeongin mengangguk.
"wonjin lo atur ponselnya, gue punya sasaran yang empuk." ucap hyunsuk sambil tersenyum miring.
"siapa?"
"nanti lo juga tau."
"lo bisa ngubah jam orang yang terakhir dia telpon kan?"
wonjin menganguk.
"baiklah gue percaya sama lo ham wonjin!"
"gue gimana?" tanya beomgyu menunjuk kepada dirinya sendiri.
"lo sama gue dan asahi. kita bertiga akan menyelinap diam diam." jawab hyunsuk.
"gyu kemampuan menulis lo bisa niruin tulisan orang lain kan?"
"hmm, terus?"
"nanti lo nulis kaya surat gitu ya lo ngarang aja gimana orang depresi yang mau mengakhiri hidupnya. usahain semirip mungkin."
"yaudah."
"sejam cukup kan?" tanya asahi.
mereka berempat mengangguk.