10. Bebas ✍

94 10 0
                                    

Hayyuuk mari merapat!!

***

Cuaca tidak terlalu panas tapi rasanya Naina kegerahan, dia butuh udara segar. Wajahnya yang memerah sesekali menutup mukanya atau memukul kepalanya pelan. Bahkan Naina berjalan keluar dengan tergesa-gesa, sampai Putri yang melihatnya segera menahan tangan Naina.

"Eh..eh mau kemana lo?" tanya Putri.

Melihat gelagat Naina yang aneh seperti tergesa-gesa dan juga gelisah sesekali menunduk membuat Putri dan yang lainnya heran.

"M-mau keluar, cari angin!" jawab Naina sedikit gugup.


"Eh Nai, Gaharu gimana?" tanya Naufal membuat Naina kembali bergerak gelisah padahal hanya namanya saja yang disebut.

"M-masih di ruang kesehatan, aku pergi dulu ya?"

Naina ingin segera pergi dari sana setidaknya mencari sesuatu untuk pengalihan pikiran nya, demi apa dia malu. Sangat malu, bahkan untuk bertemu Gaharu saja rasanya Naina tidak mau.

"Lo kenapa sih Nai, tunggu dulu. Kita mau ngasih tau lo kalau Gaharu udah bebas!" ujar Putri membuat Naina terkejut.

"Oh, alhamdulillah kalau gitu," jawab Naina seadanya.

Melihat respon dan gerak gerik Naina yang terkesan mencurigakan seakan tengah menahan sesuatu membuat Gemintang tak bisa diam saja.

"Lo gak diapa-apain sama Gaharu kan?"

Naina memandang ke arah Gemintang lantas dia menggeleng pelan. "Enggak kok Gem, cuma Gaharu badannya panas tadi dia demam," terang Naina membuat semuanya melototkan mata.


"Gaharu demam?" tanya Bara yang diangguki Naina.

Sontak Putri langsung menyeret Naina keluar kantor polisi tanpa menghiraukan panggilan Naufal. Kebetulan di samping kantor polisi ada taman kecil juga tempat untuk duduk, Putri membawanya kesana.

"Lo kenapa Nai? Ngomong sama gue!" desak Putri.

Naina menggelengkan kepalanya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, "aku malu put," cicit Naina.

"Malu? Malu kenapa?" tanya Putri lagi.

Flashback on

"K-kenapa liatin aku gitu?" tanya Naina yang gugup di tatap intens oleh Gaharu.

Naina jadi salting dan blushing sehingga pipi sama telinganya memerah karena malu, dia segera memalingkan muka ke arah lain asal tidak menatap Gaharu.

"Manis," ujar Gaharu dengan pelan namun masih terdengar.

"Hah?" Naina melototkan matanya kaget.

Seketika pergerakan tangan Naina yang mengobati lebam di wajah Gaharu ikut terhenti, dengan jarak wajah yang cukup dekat Naina tidak berani menatap bola mata Gaharu.

GAHARU {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang