39. Antara Cinta dan Benci ✍

50 6 0
                                    

Pengambilan raport, Blue Sky High School ramai oleh kedatangan para orang tua wali murid untuk pengambilan raport mereka. Pertemuan orang tua inilah biasanya menjadi ajang pamer kemewahan, sehingga parkiran sekolah di penuhi aneka mobil mewah.

Para siswa masih diwajibkan berangkat sekolah, untuk memastikan orang tua mereka hadir mengambil raport tanpa diwakilkan.

"Malam nanti keluarga Rhea akan berkunjung, mereka pasti akan membahas masalah waktu itu. Kamu jelasin aja sama mereka, tapi bunda harap kamu mau bertanggungjawab," ucap Melody kepada Gaharu sebelum masuk kedalam kelas XII MIPA 3.

Gaharu menghela napas pelan, memang dia sudah kembali ke rumah karena tidak enak menumpang terlalu lama dirumahnya Naufal. Bunda juga baik-baik saja di rumah, beliau memantau kondisi Gaharu lewat Naufal.

"Gaharu," panggil seseorang dengan pelan.

"Bel?"

"Lo kenapa bengong di sini, ada masalah?" tanya Bella.

Memang, semenjak kejadian dimana Bella menolong Gaharu tentang kasus Darren mereka menjadi agak dekat. Layaknya seorang teman walau Gaharu masih cuek namun mau mengobrol dengan Bella sedikit lebih lama.

"Gak, lo udah selesai ambil raport?" Gaharu balik bertanya.

Bella mengangguk, "iya, ayah lagi ngurus administrasi. Ini gue mau nyusul, eh orang tua lo mana? Yang ambil raport siapa, bunda atau ayah?"

Ayah.

Terasa asing baginya kalau membahas ayah.

Kata itu bergema di pikiran Gaharu, dia saja tidak tahu bagaimana wajah ayahnya dan bagaimana kisah hidup beliau. Di tambah masa kecilnya yang butuh figur seorang ayah, dia selalu menanyakan itu kepada Melody tanpa tahu hati sangat bunda ikut terluka.

"Lihat deh, dia gak punya ayah!" celetuk seorang anak kecil ketika melihat Gaharu kecil.

Hari itu di sekolah dasar tepat memperingati hari ayah, biasanya kalau ada event hari ayah atau hari ibu orang tua mereka masing-masing akan datang ke sekolah. Pihak sekolah menyelenggarakan acara itu, guna mengasah kreativitas siswa untuk mempersembahkan sesuatu untuk orang tua mereka.

Namun bagi yang ayahnya telah meninggal, para siswa masih tetap diwajibkan berangkat sekolah untuk mempersembahkan sesuatu untuk ayahnya yang di surga. Boleh ditemani paman atau kerabat laki-laki, tapi sayang Gaharu tidak ada yang menemani.

Namun Gaharu kecil suka diolok-olok teman-temannya karena tidak punya ayah.

"Iya, kasihan ya dia nggak punya ayah."

"Buat apa kasihan, pasti dia nakal makannya gak punya ayah!"

"Huu...kamu nakal sih gak punya ayah kan?"

Semuanya menyoraki Gaharu karena tidak punya ayah, Gaharu kecil hanya bisa menunduk sembari menangis.

"Aku suka dibeliin mobil-mobilan lho sama ayahku, banyaaaakkk banget."

"Kalau aku suka diajak jalan-jalan sama ayah bunda, di beliin mainan banyak."

"Ah lebih seru latihan sepeda sama ayah, sama kakak juga."

Pembahasan ayah sangat sensitif di telinga Gaharu, setiap hari dia diejek karena tidak punya ayah. Dan akhirnya Gaharu kecil berlari keluar dari area sekolah, dia berlari pulang ke rumah.

"Bunda."

Melody yang sedang menyiram tanaman pun terheran melihat putranya datang dengan berurai air mata, seragam sekolah masih melekat di tubuh kecilnya.

GAHARU {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang