Chapter 12

18.2K 1.5K 36
                                    

"Mes, bawa mobil, 'kan lo?" tanya Yeska yang kini sudah berdiri di depan kubikel Meisya.

"Bawa."

Yeska tersenyum lebar yang membuat Meisya merinding sendiri. "Gue nebeng lo, ya. Lokasinya udah di-share sama Papih."

Meisya mendengkus. Wanita itu menutup lipstik yang dari tadi menjadi pusat perhatiannya selain cermin kecil di hadapannya.

"Tapi, lo yang nyetir ya. Gue males banget nyetir," kata Meisya yang kini sudah berdiri.

Di dalam ruangan hanya tinggal Meisya dan Yeska. Yang lainnya sudah membawa kendaraan sendiri-sendiri.

"Ya udah, ayo berangkat! Yang lain pasti udah pada nunggu," ucap Yeska yang langsung berjalan keluar.

Sampai di parkiran, mereka segera menuju mobil Meisya. Di dalam mobil, Yeska melirik Meisya sejenak, sebelum menginjak pedal gas.

Meisya menyalakan radio. "Udah lama ya, Yes, kita nggak bareng-bareng gini."

Yeska kembali melirik Meisya. "Iya, juga. Biasanya tiap pulang kerja kita ngelayap bareng. Janjian gantian kendaraan."

Meisya tersenyum miris. Kedekatan mereka memang membekas, tapi tak berarti lebih bagi Yeska. Mungkin, memang Meisya yang mudah terbawa perasaan, sampai jatuh cinta pada lelaki yang merupakan temannya sendiri.

Semuanya kini hanya kenangan saja. Yeska perlahan berubah, bahkan waktu ngobrol bersama jarang. Lelaki itu sibuk dengan kekasihnya dan Meisya sadar diri. Bagi Meisya, daripada menunggu lelaki yang sudah punya kekasih, lebih baik cari yang baru, meski membuka hati itu tak semudah membuka pintu.

"Ya, lo 'kan udah ada Rista. Pasti jalan sama cewek lo, lah. Gue lagi asyik juga sama gebetan-gebetan gue." Meisya berbohong. Mana mungkin dia punya gebetan. Setiap hari saja, ia direcoki Rangga dan pikirannya tentang Rangga.

Yeska mengembuskan napasnya. "Siklus pertemanan emang gini ya, Mes, lama-lama menjauh dengan sendirinya karena punya kesibukan dan lingkungan sendiri. Kayaknya gonta-ganti teman adalah hal biasa dalam hidup gue."

Meisya hanya mengangguk. Memang nyatanya siklus hidup seperti itu. Ia juga merasakan hal yang sama. Teman silih berganti yang menemani harinya. Janji akan selalu berhubungan, tetap sama dekatnya setelah berpisah, hanya sebuah janji yang tak akan tertepati.

Yeska memarkirkan mobil merah Meisya ke sebuah restoran. Mereka segera keluar dan menyusul teman-temannya yang sudah menunggu di dalam.

"Lama banget, kalian. Pacaran dulu ya?" ledek Dyah yang membuat Meisya dan Yeska berdecak kesal.

"Pacaran pantat lo. Gue nggak mau jadi selingkuhan ya." Meisya berkata dengan kesal sembari matanya mencari tempat duduk kosong.

Yeska sudah duduk terbih dahulu, menyisakan satu tempat duduk tepat di samping Rangga yang menatap Meisya. Meisya meneguk ludahnya takut. Ini sungguh tempat duduk yang tidak aman.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Rangga saat Meisya telah duduk di samping lelaki itu.

Meisya membaca buku menu, lalu menyebutkan pesanannya. Sembari menunggu pesanan, Meisya merasa hawa di sekitarnya tak enak. Teman-temannya bisa bercanda ria, tapi dia hanya terdiam kaku dengan perasaan takut dan jantung sudah berdisko.

"Istri Bapak nggak pa-pa, Bapak pulang kerja nggak langsung pulang?" tanya Fian yang membuat suasana seketika hening.

Rangga terdiam. Lelaki itu melirik Meisya yang kini sudah berani menatap ke arahnya. Rangga kini beralih menatap Fian.

Lelaki itu berdehem. "Nggak." Satu kata yang membuat semua terdiam seketika. "Memangnya saya terlihat seperti lelaki beristri?" lanjut Rangga yang membuat semua orang di meja terkejut.

Beleaguered : Stopping on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang