Chapter 19

16.2K 1.3K 32
                                    

"Ada apa nih, seorang Yeska ngajak gue jalan gini? Bayarin tiket nonton juga tadi." Meisya berucap setelah keduanya keluar dari gedung studio bioskop dan berjalan menuju ke sebuah tempat makan yang berada di gedung yang sama.

Yeska hanya menyeret Meisya menuju ke salah satu bangku kosong. Meisya hanya pasrah dan menunggu jawaban Yeska. Meisya adalah tipe orang yang mudah penasaran.

Mereka duduk di di bangku dan Yeska memesan makanan. Meisya hanya duduk sambil memainkan ponselnya. Meisya sangat heran dengan Rangga yang mengiriminya pesan sedari tadi dan enggan Meisya balas.

_______________________________________________
Papih Rangrang
____________________

Kamu pulang ada acara?

Ada, Pak.

Ke mana?

Bisa dibatalin nggak?

Penting soalnya.

Nggak bisa Pak. Sudah janji.

Sekarang di mana?

Saya mau ajak kamu, saya butuh bantuan kamu, penting, Meis.

Maaf, Pak nggak bisa. Dan bukan urusan Bapak, saya ke mana.

Penting Meisya

Saya butuh kamu sekarang.

Kamu di mana?

Bisa ke tempat saya?

Meisya?

Meisya memilih memasukkan ponselnya ke dalam tas. Dia tidak suka dipaksa-paksa begini. Lagipula, dia punya kehidupan selain dengan Rangga. Rangga juga bukan siapa-siapanya, hanya atasannya saja.

"Kenapa, Mes? Muka lo kok kayak orang bingung gitu?" tanya Yeska yang baru saja duduk setelah memesan makanan dan menaruh nampan berisi makanan yang ia bawa.

Mungkin Meisya bisa berlagak tak peduli pada Rangga, tapi nyatanya pikirannya kacau. Dia bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Ingin menemui Rangga tapi rasa gengsinya lebih besar.

Meisya menggeleng. "Nggak. Cuma kepikiran soal kerjaan yang belum gue selesaiin tadi sih, deadline besok pagi soalnya." Meisya memilih berbohong untuk menjawabnya. Pekerjaannya sudah ia selesaikan, bahkan sudah ia kirim.

"Nanti bisa lo selesaiin setelah balik dari sini. Nggak usah terlalu dipikirin!" ucap Yeska yang diangguki Meisya dengan perasaan tak tenangnya.

"Oh iya, kenapa nih, lo ngajak gue jalan gini? Tumben." Meisya mencoba mengalihkan pembicaraan dan pikirannya.

"Gue sama Rista putus, Mes."

Meisya terdiam. Dia menelisik lagi hatinya, ada getaran halus yang membuatnya merasa aneh. Rasanya aneh, debaran itu bukan jenis debaran bahagia yang membuncah seperti ia mendapat hadiah. Meisya bingung dengan perasaannya sendiri.

"Kenapa putus?" Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Meisya.

"Gue sama dia sering cekcok nggak jelas, sama dia tuh posesif banget," jawab Yeska yang membuat Meisya mengangguk dan memakan makanannya.

Meisya menyerah, pikirannya yang campur mawut tentang Rangga yang kembali menang. Ia mengeluarkan ponselnya dan membalas pesan Rangga.

______________________________________________
Papih Rangrang
___________________

Bapak di mana?

Saya di PIM, Pak.

Saya ke rumah Bapak ya?

Beleaguered : Stopping on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang