Extra Chapter IV

20K 623 7
                                    

Meisya dan segala tingkah anehnya tidak bisa dipisahkan. Meski wanita itu sudah memiliki seorang putri, tapi sepertinya energinya tak ada habisnya. Seperti pada Minggu pagi hari ini. Meisya yang memang sudah menjadi anggota tetap grup ibu-ibu kompleks itu sudah menjadi instruktur senam di taman kompleks.

Meisya memang gila. Suaminya juga diajak untuk mengikuti senam dari instruktur amatir bentukan Meisya bersama empat ibu-ibu lain yang cukup aktif di grup kompleks perumahannya. Untuk keberadaan putrinya yang masih berusia enam bulan itu, sudah ia titipkan dengan aman di rumah Prabaswara dan Winda. Meisya memang melarang keluarga itu untuk ikut senam, karena sang anak perlu ada yang menjaga.

Rangga sebenarnya juga malu berdiri dan mengikuti senam aneh ini. Tapi, Rangga memang sudah terkena pelet Meisya dengan hebat, sulit menolak permintaan ibu dari anaknya itu.

Senam berlangsung selama hampir dua jam. Rangga sendiri kelelahan, meski ia tak banyak bergerak. Meisya turun dari panggung yang tidak seberapa tinggi itu dan segera menghampiri sang suami yang sedang duduk di bangku taman.

"Baru gitu aja masa capek, Mas?" ledek perempuan itu yang membuat Rangga mendengkus.

"Nggak capek aku, cuma lelah aja lihat kelakuan kamu nggak berubah."

Meisya menyengir. "Kamu harus kuat dong, ini baru aku, anak kamu kayaknya bakal menuruni bakatku deh, Mas. Kay aja sekarang udah banyak tingkah meski baru enam bulan."

Rangga memijat pelipisnya. Anak perempuannya yang masih berusia enam bulan itu memang sudah ada bibit-bibit kelebihan energi seperti Meisya. Anaknya itu sering mengoceh sendiri tanpa Rangga tahu artinya, sering berguling-guling sampai beberapa minggu lalu jatuh dari kasur dan masih berguling-guling sampai dekat pintu. Saat itu dirinya memang sedang di keluar beli makan dan Meisya terpaksa meninggalkan Keyra, anak mereka, untuk ke toilet karena sudah tidak bisa ditahan lagi panggilan alamnya.

Anaknya itu tidak menangis sama sekali, malah tertawa-tawa saat kedua orang tuanya panik, takut terjadi benturan atau luka yang membahayakan. Tapi untung saja tak ada yang bahaya, mungkin karena karpet bulu yang menjadi tempat mendarat Keyra setelah jatuh daru kasurnya.

"Ayo, pulang! Kita bersih-bersih dulu baru jemput Keyra." Meisya segera berdiri dan mengulurkan tangannya pada Rangga.

Lelaki itu menerima uluran tangan Meisya dan menggandeng sang istri selama berjalan sampai di rumah. Sampai di kamar, Rangga mandi terlebih dahulu. Setelah selesai, sekarang Meisya yang bergantian mandi. Waktu Meisya mandi tidaklah lama. Rangga sabar menunggu sembari memainkan ponselnya sejenak.

Mungkin sekitar sepuluh menit, Meisya sudah keluar dengan badan yang hanya dibungkus handuk putih. Rangga menurunkan ponselnya.

"Kamu belum ambil baju tadi? Kenapa nggak bilang? Tahu gitu aku siapin."

Meisya menoleh, lalu mengukir senyum manisnya. Bukannya melanjutkan membuka lemari, perempuan itu malah menghampiri sang suami dan langsung duduk di pangkuan Rangga yang membuat lelaki itu menahan napasnya.

Meisya mendekatkan bibirnya ke telinga Rangga sembari berbisik, "Mau nggak?"

Rangga menggeleng kaku. "Kita harus jemput Keyra, Sayang."

Meisya kini menduselkan kepalanya pada leher Rangga. "Keyra pasti aman di tempat Winda. Ada Alda juga di sana kok."

Meisya kembali mengangkat kepalanya. Ia tahu, suaminya tak akan bisa menolak lagi. Ia langsung menyatukan bibir mereka. Meisya memang agresif, Rangga sangat paham itu. Hanya saat awal menikah saja perempuan itu malu-malu, setelah dua tahun menikah seperti ini jelas, Meisya menunjukkan sisi agresifnya, tapi Rangga sangat menyukainya.

Beleaguered : Stopping on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang