Meisya berdiri di balkon lantai dua rumah milik Praba. Wanita itu melirik ke rumah samping yang tampak sepi di akhir pekan. Hari ini, Meisya berada di rumah sang kakak karena Praba dan Winda melakukan ijab ulang, agar pernikahan mereka sah secara agama.
Acara hanya dihadiri oleh keluarga inti saja tanpa mengundang orang luar sama sekali. Setelah acara selesai dan menghabiskan makanannya, Meisya segera naik ke lantai dua, di kamar yang akan ia tempati bersama Alda dan Alindra nanti malam, selama Alda menginap di rumah Praba. Di kamar sebelah akan ditempati mamanya yang menjaga Pramatya, anak Winda dan Praba yang baru usia kurang lebih satu bulan. Di bagian depannya, akan ditempati oleh orang tua Winda.
Ingin rasanya Meisya melompat dari balkon menuju ke rumah samping dan menghabiskan waktu bersama Rangga, tapi takut Rangga bosan dengan kehadirannya. Meisya sudah merindukan Rangga.
"Gimana caranya biar Papih Rangrang minta diapelin ya?" tanya Meisya pada dirinya sendiri.
"Lo 'kan nggak tahu malu, Kak. Samperin aja, daripada cuma ngelihatin rumahnya doang," ujar Alda yang kini berdiri di belakang Meisya dan mendengar monolog dari Meisya.
Meisya berdecak. "Udah sering, Da. Gue lagi mikir, dia yang mau nyamperin atau paling nggak minta disamperin kek."
"Kak, ini balkonnya lumayan deketan tuh, panggil aja sih, Kak. Biar kayak orang-orang ngobrol lewat balkon, eh tapi balkon sini lebih menjorok sih, jadi susah buat lihat-lihatan," kata Alda yang membuat Meisya menggeleng tak suka dengan ide Alda yang tak jelas itu.
"Nggak deh, jelek amat ide lo." Meisya mengetuk-ngetuk pelipisnya untuk berpikir. Seketika matanya berbinar. "Di sini ada kertas nggak?"
Alda mengerutkan keningnya. "Buat apa?"
"Gue ada ide. Gue buat pesawat dari kertas gitu, Da. Nanti sampai ke balkon dia gitu, ada isi suratnya. Romantis banget, 'kan gue?" Alda melebarkan matanya. Dengan semangat, ia mencarikan kertas dan bolpoin untuk kakaknya.
"Nih, Kak. Gue bantu, ya?" ucap Alda yang lebih bersemangat. Mereka memang penyuka drama romansa, tapi kadang pemikiran keduanya sama-sama tidak ada yang beres.
Dengan khidmat, mereka mulai menulis dan melipat kertas menjadi bentuk pesawat. Setelah lima pesawat berhasil dibuat, mereka menuju pinggiran balkon yang berdekatan dengan balkon milik Rangga.
Meisya segera melempar pesawatnya menuju balkon Rangga, tapi tak berhasil, pesawatnya malah kembali berbalik menuju balkon Praba dan menbrak tembok yang berakhir jatuh di halaman rumah Praba. Meisya dan Alda hanya bisa memandangi dengan melas pesawat kertanya yang gagal mendarat.
Alda terbahak seketika. "Lo nggak berbakat emang, Kak." Alda mengambil satu pesawat kertas di dekatnya. "Coba sekarang gue ya, kalau berhasil, lo harus sungkem ke gue dan beliin skincare!"
Meisya mengangguk. "Coba sana! Palingan juga gagal."
Alda meniup-niup ujung pesawatnya, lalu berancang-ancang untuk menerbangkannya dengan kuat. Pesawat melaju dengan cepat tanpa berbelok. Alda sudah bersorak senang, tapi naas, pesawatnya menabrak pagar balkon milik Rangga yang membuat pesawat kertas itu jatuh ke halaman rumah Rangga.
Meisya terbahak melihat sang adik yang awalnya sudah jumawa, tertunduk sambil melihat tempat di mana pesawat kertasnya jatuh. "Alhamdulillah, duit gue aman. Nggak jadi beliin gembel sok cantik ini skincare."
Meisya kini mengambil pesawat kertas satu lagi. Ia akan melakukan percobaan yang kedua. Meisya meniup-niup ujung pesawat sebelum ia terbangkan menuju balkon Rangga dan berhasil mendarat tepat di balkon Rangga.
Meisya berteriak kegirangan yang membuat Alda ikut senang karena usaha kakaknya berhasil, tapi seketika, tawa Alda terhenti. Wanitabitu menggaruk kepalanya sambil menatap balkon rumah Rangga yang masih sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beleaguered : Stopping on You
Literatura Feminina[COMPLETED] Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya akhir-akhir ini. Dia mendapat serangan dadakan dari segala arah yang membuatnya stres seketika. -----------------------Beleague...