Epilog

22.2K 1K 78
                                    

Meisya terburu-buru ke rumah Rangga. Dia ingin menemui Rangga sepulang kerja. Ada yang ingin dia bicarakan penting. Meisya melajukan mobilnya dengan cepat membelah jalanan ibu kota.

Kurang lebih empat puluh menit, ia sampai di gerbang kompleks rumah Rangga. Meisya melajukan mobilnya di jalanan rumah Rangga dengan cepat, tapi dia hampir berpapasan dengan mobil kekasihnya.

Karena kecepatan mobilnya, Meisya kesulitan menepikan mobilnya dan menghentikannya. Meisya akhirnya memilih untuk rem mendadak dan hampir menghantam pagar Rangga. Meisya memegangi dadanya. Ia tarik rem tangan dan segera keluar saat kaca mobilnya diketuk oleh Rangga.

"Cari siapa ya, Pak?" tanya Meisya dengan wajah penasaran dibuat-buat.

"Tanggung jawab!" ucap Rangga yang membuat Meisya meringis.

"Nggak kena pagar kok, Pak. Maaf ya, kalau bengkok saya ganti lagi deh." Meisya berkata dengan wajah memelas yang membuat Rangga mendengkus dan akhirnya mengacak rambut kekasihnya.

"Tanggung jawabnya bukan ganti pagar, tapi jadi makan malam bareng," ucap Rangga sembari tersenyum.

Meisya terkekeh. "Kalau jadi istri aja gimana, Mas?"

Rangga menyentil kening Meisya. "Sebulan lagi ya. Masih disiapkan." Rangga mengusap dahi Meisya lembut. "Kamu nggak pa-pa, 'kan tadi?"

Meisya menggeleng. "Nggak kok. Cuma emang agak buru-buru aja, jadi hampir nabrak pagar lagi."

"Lain kali hati-hati! Kamu kenapa buru-buru, Sayang?" tanya Rangga dengan lembut yang berhasil menimbulkan rona merah di wajah Meisya.

Meski sudah lama berpacaran, tapi Meisya masih suka tersipu dengan perilaku Rangga yang manis. Rangga jarang berperilaku romantis, tapi sekali berperilaku romantis membuat Meisya salah tingkah.

"Ah, iya." Meisya segera mengintari mobilnya dan membuka bagasi. "Ini, Mas, undangannya udah jadi, tadi aku ambil ini." Meisya menunjukkan undangan yang sudah tercetak.

Rangga menghela napasnya. "Kenapa diambil sendiri? Kenapa nggak ngajak saya?"

"Kamu lama, pasti. Aku udah nggak sabar."

Rangga mengusap puncak kepala Meisya. Ia kecup kening sang kekasih dengan sayang. "Makasih, Sayang."

Meisya tersenyum, lalu ia cium pipi Rangga. "Aku yang harusnya bilang makasih. Makasih udah mau nunggu dan terima aku yang labil ini. Makasih udah sabar sama kelakuan aneh aku."

Suara deheman menyadarkan keduanya. "Ini di jalan, jangan aneh-aneh! Lagipula belum sah." Suara lelaki membuat Meisya dan Rangga saling menjauh. "Meisya, langsung masuk ke rumah Kakak! Mobilnya, biar Kakak yang bawa."

Meisya hanya mengangguk paham. Ia melirik ke arah Rangga yang wajahnya tampak memucat. Apalagi kini Praba menatap lelaki itu.

"Dan untuk kamu, langsung masuk ke rumah! Nggak usah modusin adik saya. Nikah dulu baru cium-cium!" ucap Praba yang langsung masuk ke dalam mobil Meisya.

Meisya meringis menatap Rangga. "Itu Kak Praba lagi balas dendam, Mas. Dulu dia digituin sama kakak iparnya, sekarang kamu jadi kena imbasnya, sabar ya!"

"Meisya, masuk!" Teriakan menggelegar Praba membuat Meisya terbirit-birit masuk ke rumah sang kakak meninggalkan Rangga yang merasa nelangsa.


-End of Epilogue-

gimana-gimana?

tanggapan untuk cerita ini?

oh iya, ada yang mau ekstra part nggak? komen dong


Shay,
Kamis, 16/05/24

Beleaguered : Stopping on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang