Chapter 9

19.4K 1.5K 35
                                    

Meisya merasa hidupnya di kantor tidak senyaman biasanya. Arka masih sering menjadi penghadang di depan pintu ruangannya, masalah Rangga juga dia belum menemukan titik temu. Ia memilih menghindari Rangga. Sebisa mungkin, jika bukan urusan yang penting, ia tidak akan menemui Rangga.

Meisya mencoba bersikap seprofesional mungkin jika bertemu Rangga. Wanita itu mengetuk kepalanya berkali-kali di kubikelnya. Sebentar lagi dia akan menemui Rangga masalah dengan laporan pajak.

"Mes, temuin Papih gih!" celetuk Dyah yang baru saja keluar dari ruangan Rangga. "Katanya ada beberapa masalah di laporan lo."

Meisya mendesah lelah. Sepertinya masalah laporannya cukup serius karena akhir-akhir ini fokus Meisya sedikit buyar.

"Bentar, gue nyiapin mental dulu," kata Meisya masih mencoba bercanda untuk mengurangi ketegangan.

"Tumben banget ada masalah, Mes," sahut Yeska yang membuat Meisya mendengkus.

"Gue kemarin kayaknya kurang fokus, jadi wajar kalau dipanggil." Meisya menjawab masalah yang menderanya.

"Hati-hati, Mes, tahu sendirilah gimana kejamnya Papih," timpal Rindu yang memang sengaja menakuti-nakuti Meisya.

Meisya hanya menjulurkan lidahnya sebelum beranjak menuju ke ruangan Rangga. Di depan ruanga Rangga, Meisya menyiapkan diri sebelum mengetuk pintu kaca buram itu. Dengan pelan, Meisya mengetuk pintu sampai suara Rangga di dalam menyahuti untuk menyuruh Meisya masuk.

Meisya masuk dan menyapa Rangga dengan senyum formal. Rangga hanya melirik Meisya sekilas sebelum memberikan isyarat agar wanita itu duduk.

Meisya duduk di hadapan Rangga dan menatap lelaki itu dengan takut. "Ada masalah apa ya, Pak?"

"Saya yang harusnya tanya, kamu ada masalah apa? Buat laporan aja banyak sekali kesalahan. Akibatnya sangata fatal, coba kalau saya tidak teliti lagi, mau jadi apa ini laporan ke atasan nanti?" kata Rangga dengan nada suara yang sangat menyeramkan. "Ini kamu mengerjakan laporan pajak saja salah, menghitung aja persentasenya lebih besar, kamu mau korupsi apa? Ini sama laporan yang dibuat mahasiswa baru saja, masih bagus mahasiswa baru yang masih belajar."

Meisya terdiam. Kesalahannya pasti sangat fatal. Dia sudah terbiasa dengan mulut pedas Rangga, meski ini benar-benar pertama kalinya ia membuat atasannya semurka ini padanya. Dia biasa ikut mendengar teman-temannya dibentak-bentak, jadi dia tak ambil hati sampai harus menangis atau sakit hati karena ucapan Rangga.

"Maaf, Pak, mungkin saya memang kurang fokus akhir-akhir ini," jawab Meisya seadanya.

Rangga menghela napasanya. "Setiap orang punya masalah, tapi harusnya sebagai karyawan itu sadar posisi, harus bisa bersikap profesional. Meski tidak bisa fokus ya, setidaknya diteluti ulang, jangan laporan mentah begini dikasih ke saya!"

Meisya mengangguk. "Baik, Pak, akan saya perbaiki sesegera mungkin."

"Bukan hanya diperbaiki, tapi dipelajari dan jangan sampai diulangi! Saya baru kali ini begitu kecewa dengan kinerja kamu. Sudah sikapnya kurang bagus, kerja juga tidak becus, kalau saja kamu begini terus, bukan cuma surat peringatan, Meisya, saya bisa memecat kamu." Meisya mengelus dadanya. Dia memaklumi kalimat yang dilontarkan Rangga.

"Baik, Pak. Nyatanya kinerja saya cukup bagus, Pak. Bapak jangan khawatir, saya baru sekali membuat kesalahan sefatal ini kok. Saya akan selalu memperbaiki kinerja saya," ucap Meisya setenang mungkin dan masih sempat memberi senyum untuk Rangga, meski dalam hati ia ingin sekali melempar lelaki itu dari lantai ini ke jalanan.

Rangga memejamkan matanya sejenak, lalu melempar laporan milik Meisya. "Itu kamu revisi, nanti sore sudah ada di meja saya! Maksimal jam tujuh sudah ada di sini. Saya tunggu."

Beleaguered : Stopping on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang