Dalam suasana ramai sore hari ini, Meisya hanya terduduk merenung dengan wajah ditekuk. Di saat semua merasa senang karena bisa makan enak gratis, Meisya merasa sedih sendiri.
"Mes, muka lo kenapa ditekuk gitu?" tanya Arinda yang duduk di samping Meisya.
"Rin, gue sedihlah, gue mau LDR sama Papih," jawab Meisya dengan wajah memelas.
Arinda menepuk dahinya. "Sumpah lo drama banget. Jarak kantor baru Papih cuma berapa langkah doang, Mes."
"Tapi ya, Rin. Yang awalnya satu tempat, tiba-tiba pindah ke gedung lain, jadi beda." Meisya menyangkal ucapan Arinda yang membuat Arinda memilih diam.
Bicara dengan Meisya, lama-lama bisa membuatnya pusing sendiri. Arinda memilih mengambil ponselnya dan memainkannya sembari menunggu pesanan mereka.
"Duh, kita bakal kangen sama Pak Rangga nih, kangen diomelin," celetuk Fian yang membuat mengundang tawa dari meja mereka.
"Padahal lo aslinya senang 'kan, Yan? Tahu gue, lo salah satu yang suka ngomongin Pak Rangga." Yeska mengompori yang membuat Fian melototkan matanya untuk menyangkal.
"Nggak woy. Jangan fitnah lo, Mas! Gue tahu, lo yang kesenengan tuh. Kalau Pak Rangga pindah, lo bisa deketin Mbak Meisya lagi, 'kan?" Fiandra segera menyangkal cepat dan mengorbankan Yeska yang kini memukul bahunya.
Rangga berdehem. "Sudah, jangan ribut. Saya cuma pindah ke sebelah. Masih dekat, kalau mau ketemu, ya tinggal bilang, bisa makan bareng."
Meisya membuang napasnya keras-keras agar menarik perhatian banyak orang. "Jauh padahal. Nanti kepincut cewek di sana, saya dilupain."
Rangga yang duduk di depan Meisya, karena Meisya tampak menghindari Rangga sedari tadi, hanya bisa menggeleng heran. Bahkan sejak pamitan Rangga dari kantor, Meisya tampak malas berdekatan dengan Rangga. Kini mereka sedang makan-makan di salah satu restoran sebagai salam perpisahan dari Rangga.
Meisya sedari tadi setiap ditanya, alasan menjauhi Rangga selalu dijawab, "Latihan jauh-jauhan sebelum pisah kantor. Biasanya selalu dekat sama Pak Rangga, sudah ketergantungan."
Semua yang mendengar itu rasanya ingin menjedotkan kepala Meisya ke tembok. Bagi mereka Meisya sangat alay dan kekanakan, tapi Meisya ya mengakuinya. Dia kekanakan memang.
Pesanan mereka datang. Meisya segera meraih makanannya tanpa berbicara apapun. Biasanya Meisya sangat berisik dan cerewet, kini mendadak diam.
"Meisya, saya cuma di gedung samping gedung kalian kerja. Kamu kalau mau berkunjung, boleh aja. Kita bisa makan siang bareng, kalau lagi sama-sama nggak sibuk. Sama aja, Meis," ucap Rangga yang lama-lama jengah dengan sikap diam Meisya. "Lagian, saya pindah juga demi masa depan hubungan kita. Jangan kekanakan!"
Meisya berdiri dari duduknya, lalu berjalan cepat menuju toilet. Arinda menghela napasnya dan ikut berdiri menyusul Meisya yang sedang kemakan drama.
"Biar saya susul, Pak. Lagi caper itu dia," ucap Arinda yang langsung melangkah menuju toilet.
Rangga hanya mengangguk dan melanjutkan makanya. Arinda masuk ke dalam toilet dan menemukan Meisya yang sedang berkaca sambil berdandan di toilet.
"Drama banget sih, lo. Pakai acara ngembek segala," cibir Arinda yang kini berdiri di samping Meisya.
Meisya melirik Arinda sejenak, sebelum kepalanya celingukan memperhatikan pintu masuk toilet. "Pak Rangga nggak ikut, 'kan?" tanya Meisya yang mendapat jawaban berupa gelengan dari Arinda. "Gue lagi akting tahu. Biar ada drama dikitlah di hubungan gue. Masa, masalah ribut-ribut baru sekali dan karena Arkadal, itu aja dia yang marah. Sesekali, biar kayak orang-orang gitu, gue ngambek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beleaguered : Stopping on You
ChickLit[COMPLETED] Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya akhir-akhir ini. Dia mendapat serangan dadakan dari segala arah yang membuatnya stres seketika. -----------------------Beleague...