[24]

815 117 50
                                    

Hinata di dorong turun dari ambulan dengan bayi laki-laki yang masih berlumuran darah di dadanya.

Wajahnya penuh keringat, infusan sudah menempel di tangannya. Namun dia masih tersenyum dan mengusap bayi itu.

Kageyama ikut mendorong kasur itu menuju UGD, setelah sampai di ruanagan dokter kita langsung menghampiri Hinata lalu memeriksa keadaan Hinata dan janin di perutnya.

"Bayinya masih hidup, namun sepertinya dia tidak akan bisa keluar sendiri."

"Kenapa tidak bisa dok?"

Kageyama melihat omeganya yang memperhatikan anak mereka di bersihkan oleh bidan.

"Pintu rahimnya sudah tertutup, dan jika menunggu itu terbuka lagi bayi nya bisa saja sudah meninggal di dalam."

Harapan pupus, Kageyama menunduk lalu dokter kita menepuk pundaknya.

"Tapi jika operasi di lakukan aku yakin masih sempat, meski keberhasilan nya hanya 80%"

"Aku akan melakukan operasi."

Hinata berbicara setelah mendengar penuturan dokter. Kageyama tersentak dengan ucapan Hinata.

Kageyama menggelengkan kepalanya. Dia menghampiri Hinata lalu menunduk.

"Resikonya cukup besar, 20%!"

"Itu untuk keberhasilan, jika kita hanya memilih salah satu maka itu akan 95%."

Lanjut dokter sambil menatap pasangan di hadapannya. Hinata tersenyum lalu memegang tangan Kageyama.

"Tidak masalah, aku yakin dokter pasti bisa menyelamatkan kami kageyama-kun."

Kageyama menunduk mau tak mau dia harus menyetujuinya dan berharap Hinata yang selamat.

Operasi di jalankan dalam dua jam kemudian, sebelum itu Hinata menjalani puasa. Lambungnya di kuras untuk mencegah hal buruk pasca operasi.

Hinata meminta dia di bius saat dia masih berada di kamarnya, dokter menyetujui itu. Tujuannya adalah Hinata ingin menatap suaminya selama mungkin.

Begitu Hinata meninggalkan ruagan, kegeyama di antarkan ke ruangan yang akan mereka pakai. Bayi mereka sudah di tempatkan di sana.

Kageyama menatap bayi mereka, bahkan dia tidak sempat mengabari keluarga atau siapapun. Dia tersenyum miris lalu mengambil ponselnya dan menelpon keluarga Hinata.

Ibu Hinata datang dengan Natsu dalam lima menit setelah dia menelpon. Mereka menghampiri Kageyama yang menangis di hadapan box bayi.

"Tenanglah nak, aku yakin shouyou kita sangatlah kuat."

"Itu benar! Kakak pasti kuat!"

Kageyama mengangguk lalu ternyata bayi mereka sudah bangun. Dia meraba jari miliknya dengan pelan, sentuhan itu menguatkan dirinya.

Ibu Hinata tersenyum begitu pula dengan Natsu, mereka menyuruh Kageyama untuk menunggu di depan ruang operasi jika masih khawatir.

"Terimakasih mama, Natsu."

"Aku bisa mengurusi keponakan lucu ku untuk sementara, jangan khawatir."

~Chrysanthemum~

Aku menatap jam dinding di ruang tunggu dengan gelisah.

Hinata masih belum keluar dari ruangan gelap itu, lampu di pintu masih menyala merah. Tandanya operasi masih berlangsung.

Semoga keduanya selamat. Aku mengharapkan itu, namun sebagian hatiku mengatakan jika hanya salah satu aku harap itu adalah ibunya.

Chrysanthemum [kagehina Omegaverse] DROP!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang