36

14.2K 3.1K 234
                                    

Rubyanne duduk terdiam sembari memeluk boneka wortelnya erat-erat— boneka yang tempo lalu di belikan Aslan beserta pengrajin-pengrajinnya— menunggu Adam yang katanya akan pergi membantu Dokter Steven meracik obat.

Katanya, jika Rubyanne menurut dan diam di tenda dengan tenang, Adam akan memberikan banyak permen berwarna-warni dan gaun-gaun baru, tapi sebenarnya Rubyanne tidak peduli dengan gaun atau pun gula-gula yang beraneka ragamnya itu. Yang Rubyanne mau adalah Adam kembali dengan selamat dan tidak meninggalkannya, hanya itu.

Rubyanne jadi hanya bisa menurut saja, dia takut merepotkan kakaknya. Semua orang menjadi sibuk mendadak gara-gara seorang pelayan memuntahkan banyak darah sehingga banyak orang yang tertular dan sakit. Rubyanne jadi tak bisa tidur di kamar ayahnya lagi karena seisi mension di pakai untuk menampung warga yang terinfeksi.

Adam dan paman Alexander pun sibuk untuk membantu sehingga tak ada yang menemaninya bermain. Rubyanne juga ingin membantu! Dia juga anggota keluarga Wialachaues yang berkewajiban untuk membantu semuanya.

Tapi apa yang bisa ia lakukan? Rubyanne menatap tangan dan tubuhnya yang kecil— terlalu kecil untuk membantu orang-orang dewasa. Yang ada dia malah akan merepotkan orang lain.

"Dokter! Beberapa dedaunan herbal telah habis! Kami membutuhkan banyak akar dewa dan bunga sisik naga untuk obat pereda rasa nyeri." kata seorang perawat kepada Dokter Steven yang sedang merebus obat— yang tak jauh letaknya dari tenda milik Rubyanne.

Rubyanne yang penasaran menyembulkan kepalanya dari celah pintu tenda. Netra biru keunguannya tampak berkedip-kedip penuh rasa keingintahuan.

"Akar dewa dan bunga sisik naga? Apa kau sudah mencarinya di pelataran kebun tanaman herbal?" tanya Dokter Steven yang sudah mengalihkan seluruh atensinya.

"Sudah, namun kami tak menemukannya."

Dokter Steven tampak terdiam sembari mengelus dagunya yang mulus tanpa jenggot, "tanaman itu biasanya tumbuh di dalam hutan. Kau bisa meminta beberapa prajurit untuk mencarikannya." Perawat itu mengangguk kemudian pergi berlalu meninggalkan Dokter Steven yang masih harus berkutat dengan kesibukannya.

Rubyanne yang sedari tadi menguping tampak berpikir dengan otaknya yang mungil, pipi merahnya yang menggembung juga menjadi pertanda bahwa Rubyanne tengah berpikir keras.

Tiba-tiba pupil matanya membesar ketika mengingat Adelia—pelayan pribadinya yang dulu di siksa selir Aslan— dulu, Adelia sering sekali mengajarkan Rubyanne mengenai tanaman herbal. Walaupun ia tak tahu bentuk dan seperti apa tanaman obat yang di maksud perawat tadi, tapi Rubyanne tahu tempat untuk mencari tumbuh-tumbuhan herbal itu.

Jika Rubyanne bisa memberikan semua tanaman herbal itu, pasti para tenaga medis akan sedikit tertolong. Rubyanne mengangguk meyakinkan dirinya sendiri. Pasti ada hal kecil yang bisa dia lakukan. Dia sudah banyak merepotkan banyak orang, dia harus bisa membalas budi semua kebaikan orang-orang yang menyayangi dan melindunginya.

Rubyanne menarik keranjang mainannya, kemudian memindahkan semua mainan di dalam keranjang itu ke wadah kosong lain. Keranjang itu akan dia gunakan untuk menampung tanaman herbal yang akan dia petik.

Rubyanne baru akan pergi ketika mengingat pesan Adam, "ingat! Udara saat ini sedang tercemar, jika pergi ke kamar mandi atau kau sedang terdesak pakai kain ini untuk menutupi mulut dan hidung mu!" Rubyanne menutup mulutnya karena hampir lupa dengan pesan sang kakak. Rubyanne tak mau Adam marah, kakaknya mirip Aslan jika sedang marah.

Buru-buru Rubyanne memakai kain yang di berikan Adam, mengikatnya dengan asal— yang penting separuh wajahnya tertutupi— gadis kecil itu kemudian memeluk boneka wortel yang sedari tadi menemaninya. Sebagai ajimat pelindung dari sang ayah Rubyanne akan membawa boneka itu kemanapun dia pergi.

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang