38

14.5K 3K 183
                                    

Malam itu, sesuai dengan yang di janjikan Aslan, mereka— semua orang-orang yang berperan penting di Wialachaues— sudah mulai berkumpul memenuhi ruang strategi yang berada di barak militer. Mereka sudah siap untuk membahas tentang wabah dan bagaimana cara mengatasinya.

Semua orang tampak antusias seakan-akan sudah menunggu momen itu selama berpuluh-puluh tahun.

Aslan sendiri masih diam melamun, berdiri di bingkai jendela, menatap langsung ke arah mension Wialachaues yang kini sangat ramai dengan orang-orang yang asik sibuk dengan pekerjaan mereka. Saling bahu-membahu untuk sama-sama terbebas dari wabah yang membelenggu mereka. Aslan bisa sedikit lega, orang-orangnya ternyata mampu bekerja dengan baik meski tanpa arahan dan pimpinan darinya.

Aslan jadi iri, bagaimana jika dia tak bisa bekerja sesuai dengan harapan orang-orang yang mengandalkannya? Bagaimana jika Aslan malah mengecewakan mereka yang mempercayainya? Bahkan ketika dia tahu apa yang harusnya dia lakukan, dia malah merasa berkecil hati. Terlalu banyak overthinking.

Aslan menyugar rambutnya yang basah, yah .. setidaknya lelaki itu masih bisa melihat kedua anaknya tertawa bahagia. Hanya begitu saja Aslan sudah bersyukur lahir batin.

"Yang Mulia, semua sudah berkumpul." Duncan datang memberi tahu, sekretaris milik Aslan itu jadi sedikit tidak enak. Tuannya sudah banyak bekerja, entah sampai kapan tubuh Aslan bisa bertahan. Kantung mata dan wajahnya yang sedikit lesu membuat siapa saja tahu bahwa Aslan sangat lelah. Tak ada jeda istirahat yang tuannya terima.

Aslan mengangguk sembari menghela napasnya panjang, mencoba menyemangati dirinya sendiri, demi orang-orang yang dikasihinya, demi harga diri dan martabatnya .. Demi Wialachaues.

Aslan berdiri di atas podium, menatap langsung ke arah wajah-wajah pengabdi setianya. Mereka— orang-orang yang akan membantu Aslan menemukan titik terang dari semua hal pelik yang kini menerjangnya.

Tapi perut Aslan mendadak mulas, ususnya seakan di cengkram tangan raksasa. Dia jadi lupa pidato yang sudah ia susun di dalam otaknya— menghilang begitu saja, menguap di sapu badai kegugupan.

"Eh, sebaiknya langsung saja," Aslan berkata kikuk, kemudian mengambil kapur untuk mencorat-coret papan tulis di belakangnya. "Jadi, kawan-kawan ku sekalian, penyakit yang sedang kita hadapi saat ini adalah penyakit yang memiliki nama medis Red Dragon. Penyakit menular yang sangat mematikan. Sesak nafas, masalah pencernaan hingga kulit yang melepuh atau memiliki ruam merah, atau paling parah hingga memuntahkan banyak darah— adalah gejala umum dari penyakit Red Dragon.

"Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari air kotor yang tercemar. Penyakit ini menular lewat udara dan sentuhan. Maka dari itu, sangat penting untuk memakai kain yang bisa menutupi bagian hidung dan mulut. Kontak fisik juga sesuatu yang harus di hindari. Melakukan pembatasan sosial hingga lockdown. Tak ada yang keluar masuk wilayah Wialachaues selama wabah belum bisa di hentikan. Aku sangat mengapresiasi bagi siapapun yang sudah mencetuskan ide itu sebelum aku datang." Aslan bertepuk tangan diikuti oleh yang lainnya.

"Wabah penyakit ini sebetulnya pernah terjadi, tepatnya 89 tahun yang lalu," Aslan membatin, seharusnya ini terjadi saat Rubyanne genap berusia 16 tahun. Harusnya Rubyanne yang menghentikan wabah ini, bukan malah dirinya.

"Dan, setelah aku cari tahu lebih lanjut, aku tahu kunci dari semua masalah ini. Titik terang, yang bisa membantu kita keluar dari wabah yang mengerikan ini," Aslan menjeda kalimatnya sejenak, membiarkan orang-orang yang ada di ruangan itu riuh ricuh dengan tanggapan positif. Aura kebahagiaan langsung menguar memenuhi ruangan. Orang-orang mulai bergumam, tak sabar dengan berita bagus yang akan di sampaikan Aslan.

Aslan melirik Duncan yang sedari tadi berdiri di sampingnya, kemudian memberikan sebuah kode. Duncan yang mengerti kemudian mengangguk dan menyerahkan buku lusuh bersampul kulit kepada Aslan.

"Ini adalah buku yang aku temukan di basemen tersembunyi yang berada di bawah tanah rumah kaca milik mendiang istri pertama ku. Buku peninggalan moyang Wialachaues ini berisi berbagai macam resep obat, baik yang di ketahui banyak orang, maupun yang hanya dianggap mitos belaka." Aslan membuka buku itu, tulisan yang abstrak di mata Aslan itu malah bisa dengan mudah dia baca.

Ya, buku itu adalah buku yang Aslan temukan di ruang bawah tanah yang sebelumnya di temukan Adam. Selain peninggalan buku-buku sihir, banyak juga ensiklopedia kuno dan berbagai jenis resep ramuan herbal. Termasuk penawar bagi wabah yang tengah di derita rakyatnya.

Sebetulnya, wabah ini memang akan terjadi, namun nanti, seharusnya masih tersisa 11 tahun lagi sebelum wabah itu muncul dan menyebar. Tapi anehnya wabah itu malah muncul sebelum waktu yang di tentukan dalam novel.

Aslan bingung tentu saja, mengapa semua ini terjadi secara mendadak? Semuanya makin di luar kendali, bahkan untuk penulis naskah itu sendiri.

Semua yang harusnya terjadi pada Rubyanne malah terjadi kepadanya, entah ia sedang berkorban untuk Rubyanne atau malah sedang kena karma.

Aslan mulai membaca isi buku itu, "adapun bahan-bahan yang harus kita kumpulkan adalah; bunga anggrek merah, lendir siren, kerang ungu, akar dewa, pelepah pisang raja, sayap kelelawar dan lidah buaya yang kemudian di rebus dalam air endapan akar mahoni." Dan tentu saja, semua itu hanya fiksi belaka, baik penyakit dan obatnya, Aslan hanya mengarang, itu adalah hasil dari akal bulus nya saja.

Rasa-rasanya Aslan ingin menenggelamkan kepalanya ke laut mati, hei! Bisa-bisanya dia membuat sebuah penyakit yang mengerikan dengan obat penangkal yang aneh begitu?

Lendir siren? Kerang ungu? Sayap kelelawar? Lidah buaya? (lidah buaya yang sesungguhnya) ingin rasanya Aslan berteriak frustasi dan terjun bebas dari balkon. Apa sih susahnya meriset sebuah penyakit umum dengan obatnya sekalian? Kenapa dia malah mengarang hal yang bukan-bukan begini?!

'Oh, dewa .. maafkan hamba mu ini.' Aslan meringis dalam hati, antara menyesal dan malu.

Seharusnya dulu Aslan membuat penyakit yang sedikit masuk akal dan manusiawi. Seperti flu burung atau demam berdarah biasa. Kenapa dia malah mengarang hal aneh begitu? Kenapa?!

Aslan melirik takut-takut ke arah audiens yang juga tengah menatapnya, perasaan Aslan jadi cemas mendadak, bagaimana kalau bahan-bahan itu sulit di temukan? Bagaimana jika misi ini terlalu mustahil? Aslan takut mereka menganggap Aslan gila karena obatnya terlalu aneh. Bagaimana—

"Izinkan aku yang mencari lendir siren, beberapa kenalan ku pemburu siren liar, mungkin aku bisa mendapatkan sedikit stok mereka." kata Theo yang mengangkat tangannya tinggi.

"Hah?" Aslan menatap Theo dengan wajah melongo, betulan ada?

"Kerang ungu cukup lumrah di pasaran, kita bisa membeli banyak untuk menambah stok." sahut Brian Everett sembari mengulas senyum sumringah.

Aslan masih terdiam, sibuk mencerna situasi yang terjadi .. bukankah seharusnya ini terlalu tidak masuk akal?

"Aku dan beberapa prajurit ku bisa berburu buaya muara di sungai Dawnriver." Sir Rupert menimpali.

"Yah, kelelawar sangat banyak di hutan Wilderness kurasa." kata Alexander santai.

"Untuk tumbuh-tumbuhan yang tersisa, aku bisa mencarinya." pungkas Samuel mengakhiri kebengongan Aslan.

"Aku akan menyiapkan semua alat-alat di butuhkan dan biarkan aku yang mengolahnya," Dokter Steven tampak antusias. Wajah keriput lelaki tua itu bahkan tak henti-hentinya menebarkan senyum.

Kemudian Aslan tersadar, benar juga, ini 'kan dunia fantasi? Hei, bung! Aslan berada di isekai! Semua yang tak mungkin bisa menjadi mungkin! Aslan menepuk-nepuk kepalanya, "dasar otak udang."

Aslan kemudian tersenyum sumringah, mungkin ini tidak begitu berat, Aslan pasti bisa keluar dari lingkaran setan yang membelegunya ini. Benar, pasti akan selalu ada titik terang.

"Baik kawan-kawan ku, dengan ini rapat di tutup, dan misi Red Dragon 2.0 resmi di jalankan!"

__________

[A/n : Aslian, ini part paling gak jelas yang pernah saya tulis😢 maaf kalau kurang memuaskan, atau bahkan gak memuaskan sama sekali😢 mungkin kalau kalian gak suka bisa saya tulis ulang😢]

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang